Ada sebuah survei yang hasilnya dimuat oleh viva.co.id (24/3/2019), yang antara lain menyimpulkan bahwa dalam lima tahun terakhir (dari tahun 2013 ke tahun 2018), jumlah penderita obesitas di negara kita meningkat dari 14,8% menjadi 21,8%, prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%, dan prevalensi diabetes meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%.
Penyebab dari hal tersebut, disebutkan karena gaya hidup orang Indonesia yang malas bergerak dan doyan ngemil. Sayang sekali tidak disebutkan seperti apa profil respondennya. Namun bila yang diteliti masyarakat yang tinggal di perkotaan, sebetulnya hasil itu tidaklah mengagetkan.
Soal malas bergerak misalnya, terlihat jelas untuk jarak beberapa ratus meter saja, jarang yang mau jalan kaki. Rata-rata bagi yang tidak punya kendaraan sendiri, akan naik angkot atau ojek motor.
Tak heran, trotoar yang sangat luas di Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, sering terlihat sepi, sementara di jalan raya di sebelahnya lagi macet parah. Ada kesan pelebaran trotoar yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta menjadi mubazir.
Hal ini dipertegas oleh tulisan di viva.co.id di atas yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk paling malas bergerak di seluruh dunia. Rata-rata setiap orang per hari bergerak hanya 3.515 langkah, padahal jumlah yang disarankan untuk menjaga kesehatan adalah 10.000 langkah per hari.
Lalu soal ngemil, ini juga menjadi perilaku keseharian banyak penduduk perkotaan, terutama yang bekerja di kantoran. Konsultan orang bule yang sedang ada proyek dengan mitranya di Jakarta, sudah tahu bahwa bila ada pertemuan dengan mitranya, baik di forum rapat, maupun sekadar bertamu ke ruang kerja seorang pejabat, pasti ada suguhan minuman dan snack-nya.
Kemudian saat di rumah, sambil menonton televisi, ngobrol dengan saudara, atau  sambil ngecek pesan masuk di telepon seluler, ada lagi aneka kudapan yang masuk mulut.Â
Makanya kalau melihat orang yang lagi berbelanja di pasar swalayan, keranjang belanjaannya dipenuhi oleh aneka biskuit, keripik, kacang olahan, minuman ringan, dan jenis makanan ringan lainnya. Disebutnya sih makanan ringan, tapi kalau ditumpuk di perut, ya jadi berat juga.
Nah, dalam hal mengonsumsi cemilan ini, ternyata di Asia Pasifik, Indonesia mendapat peringkat satu, di atas Australia yang berada di posisi kedua.
Masalahnya, yang dikonsumsi orang Indonesia, kata dr. Sandi Perutama Gani, seorang medical expert, hanya dua persen orang Indonesia yang memilih cemilan sehat, seperti sayur dan buah. Mayoritas memilih kripik, kacang, biskuit, roti, dan kue.
Agak sulit mengubah perilaku bagi yang telah terbiasa ngemil, kecuali kalau sudah menderita sakit dan terpaksa menghindari jenis makanan tertentu karena dilarang dokter.