Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penetrasi Bank Asing Semakin Dalam

21 Maret 2019   14:42 Diperbarui: 21 Maret 2019   15:23 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasionalisasi perbankan nasional adalah istilah yang dimaksudkan untuk menggambarkan upaya yang dilakukan berbagai pihak, baik regulator maupun pelaku bisnis, dalam rangka mengurangi jumlah bank yang beroperasi di tanah air.  Jumlah yang terlalu banyak dinilai lebih sulit untuk diawasi.

Makanya corporate action berupa merger atau akuisisi antar bank, marak dilakukan. Terakhir, 1 Februari 2019 lalu baru saja tuntas peleburan Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) setelah 97,34% sahamnya dikuasai oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), sesuai berita di Harian Kontan.

Dengan demikian, BTPN telah mengalami beberapa kali transformasi, padahal di awal pendiriannya pada tahun 1958 berasal dari suatu perkumpulan pensiunan militer di Bandung yang bergerak di bidang simpan pinjam dari dan ke anggotanya. 

Sekarang seperti yang dilansir dari Kompas, 16/3/2019, yang menurunkan wawancara dengan Direktur Utama BTPN, Ongki Wanadjati Dana, pasarnya semakin luas dengan segmen dan karakteristik yang berbeda, maksudnya dari nasabah BTPN sebelumnya dan nasabah SMBC yang bermain di segmen korporasi.

Boleh juga ditafsirkan bahwa BTPN yang dulunya terfokus pada pelayanan fasilitas kredit untuk pensiun, kemudian banyak merambah pendanaan buat bisnis UMKM, meningkat lagi dengan pelayanan produk perbankan buat anak muda yang lebih melek teknologi, akhirnya masuk juga ke bank korporasi.

Meluasnya segmen pasar menjadi salah satu keuntungan dari masuknya modal asing pada perbankan nasional. Tapi ya tentu saja konsekuensinya penetrasi bank asing pada perbankan nasional semakin dalam. Suatu hal yang tak terhindari demi rasionalisasi perbankan.

Jangan heran kalau di kota-kota besar banyak sekali bank-bank dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia, yang kehadirannya belum terlalu lama. Bank seperti ini masuk melalui jalur merger atau akuisisi atas bank swasta nasional. Maka berkibarlah nama-nama seperti CIMB, Maybank, DBS, UOB, dan OCBC.

Ada lagi Bank Commonwealth, ANZ, Woori, Mizuho, yang juga cukup gencar membuka outlet di berbagai tempat. Belum lagi cabang bank asing yang sudah lama beroperasi seperti Citibank, Standard Chartered, Deutsche, Bank of America, dan sebagainya.

Jangan lupa, empat bank milik negara yang sejauh ini market share-nya cukup dominan dalam industri perbankan nasional, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN, semuanya sudah go public.

Dari saham bank-bank BUMN yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), mayoritas pembelinya adalah investor asing. Hanya saja karena yang dilepas ke bursa sekitar 40%, maka pada bank BUMN, mayoritas saham masih dipegang oleh negara, sehingga arah bisnis dan penyusunan strateginya bisa link dengan berbagai program pemerintah.

Semakin dalamnya penetrasi modal asing pada perbankan nasional sebetulnya mencerminkan bahwa di mata asing prospek perekonomian kita masih cerah. Lagipula kita memang dalam posisi membutuhkan modal karena langkanya sumber modal di dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun