Tak diragukan lagi, Korea Selatan merupakan raksasa sepak bola Asia. Sejak 1986, Korea Selatan selalu tampil di Piala Dunia sebagai salah satu wakil Asia.
Keikutsertaannya di Piala Dunia juga bukan sekadar penggembira. Tahun 2002 Korsel meraih pencapaian terbaik menjadi semi finalis. Sedangkan di Olimpiade 2012, Korsel sukses mempersembahkan medali perunggu.
Tapi ironisnya, catatan prestasi Korsel di Piala Asia tidaklah menggambarkan sebagai raksasa Asia. Setelah menjuarai turnamen empat tahunan ini tahun 1960, Korsel sampai sekarang sudah setengah abad lebih, belum lagi mampu membawa piala bergengsi itu ke negaranya.
Nah, banyak orang Korsel yang meyakini ada kutukan yang menimpa timnas mereka kalau berlaga di Piala Asia. Kutukan itu gara-gara para pemain Korsel yang dihadiahi medali emas setelah menjuarai Piala Asia 1960, ternyata emasnya palsu.
Kutukan tersebut juga menghantui pemain Korsel yang saat ini tengah berjuang di Piala Asia 2019 yang berlangsung di Uni Emirat Arab (UEA).
Masalahnya, untuk mematahkan kutukan tersebut segala upaya telah dilakukan Federasi Sepak Bola Korea (KFA) untuk memberikan medali emas asli kepada semua pemain yang berhak menerima. Apabila ada pemain yang telah meninggal dunia, diberikan kepada ahli warisnya.
Sampai sekarang dari 18 pemain, 10 di antaranya telah menerima medali emas yang asli, baik diterima langsung si pemain yang sekarang sudah berusia sekitar 80 tahun, atau diterima keluarganya.
Sayangnya delapan pemain masih belum ketahuan di mana rimbanya, sehingga saat ini hantu kutukan itu masih membayangi. Sejauh ini, hasil pertandingan mereka di UEA, Korsel sudah memegang tiket 16 besar setelah menang dua kali di babak penyisahan grup. Tinggal melawan China untuk penentuan juara grup. Namun untuk menjadi juara Asia, masih sulit diprediksi.
Sedikit flashback, bola.com (15/1) menulis bahwa tidak ada yang tahu mengapa dan bagaimana insiden emas palsu itu terjadi. Namun rumor yang beredar menyebutkan bahwa official yang bertanggung jawab justru mendapatkan keuntungan pribadi.
Kasus ini terkuak setelah semua pemain melakukan protes dan mengembalikan medali palsu serta menuntut diberikan yang asli sebagai pengganti.
Tapi KFA sangat terlambat memenuhi tuntutan itu, saat beberapa pemain sudah meninggal. Itupun karena banyak pihak yang menghubungkan kegagalan demi kegagalan Korsel di Piala Asia dengan insiden emas palsu.