Kotak amal sekarang tidak lagi identik dengan masjid atau tempat ibadah, karena mulai banyak terdapat di restoran, toko swalayan, dan tempat lainnya. Hal ini tentu menggembirakan karena semakin gampang untuk menyumbang uang dalam rangka berbuat amal. Biasanya uang kembalian saat makan atau belanja, dimasukkan ke kotak tersebut.Â
Namun ada juga yang sengaja memberikan uang pecahan besar yang terlihat secara transparan, karena kebanyakan kotak amal di depan restoran atau toko swalayan terbuat dari kaca tembus pandang.Â
Kotak tersebut ada yang dititipkan oleh pengurus masjid tertentu atau panti asuhan tertentu, sehingga satu kotak mewakili satu tujuan donasi. Ada pula yang inisiatif dari pengelola restoran atau toko, sehingga pendistribusiannya diserahkan kepada pengelola. Tapi kebayakan bentuknya seragam, yaknni pakai kaca transparan.
Tidak tahu apakah bentuk kotak tersebut sekadar ikut-ikutan trend, atau ada tujuan khusus untuk memancing orang lain berlomba menyumbang. Kalau ada yang menyumbang pakai lembaran Rp 100.000-an, yang lain diharapkan tidak mau kalah.
Dulu, kotak amal tersebut terbuat dari kayu, sehingga uang nominal berapa yang dimasukkan tidak ketahuan oleh orang lain. Tak heran biasanya kotak amal kayu, dominan berisikan uang receh. Tapi cara ini menjamin keikhlasan si pemberi, karena bebas dari maksud pamer dan sesuai dengan ajaran ulama bahwa sebaiknya saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu.
Tapi terlepas dari soal keikhlasan yang hanya diketahui oleh hati masing-masing orang, upaya kehadiran kotak amal di mana-mana pantas diapresiasi. Semakin banyak orang yang peduli untuk berbagi.
Hanya saja ada dampak negatif dari kotak amal transparan, yaitu tumpukan uang yang terlihat dari luar itu menerbitkan selera para pencuri. Coba saja telusuri melalui media daring, kisah pencurian kotak amal makin sering terjadi.
Baru-baru ini di Bengkulu terjadi pencurian kotak amal yang terekam kamera CCTV dan ditayangkan dalam siaran berita oleh salah satu stasiun televisi nasional. Lebih rinci beritakampusbengkulu.com, 6/1/2019, menulis bahwa pencurian tersebut berlangsung hari Sabtu (5/1) di sebuah toko di Simpang Skip, Kota Bengkulu.
Pencurinya 2 orang yang diduga suami istri yang menggunakan mobil Suzuki Karimun dengan nomor polisi yang tidak jelas terlihat. Pelaku memarkir mobilnya di depan toko tapi membiarkan pintu bagian tengah terbuka, sehingga diduga pencurian tersebut sudah direncanakan.
Pelaku wanita mengalihkan perhatian penjaga toko dengan membeli rokok, ketika itulah pelaku pria mengambil kotak amal dan membawa ke dalam mobil yang pintunya sudah terbuka itu. Kemudian si wanita buru-buru masuk mobil melalui pintu tengah, lalu si pria melarikan mobil dengan ngebut.
Dari tayangan CCTV terlihat bahwa kotak amalnya berukuran kecil dan gampang digotong. Mudah-mudahan dari rekaman tersebut pihak kepolisian bisa menangkap kedua pelaku.