Masih ingat laga penuh drama antara Indonesia melawan Qatar di Piala Asia U-19, taggal 21 Oktober 2018 lalu di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta?
Ya, di laga tersebut Indonesi kalah 5-6. Tapi perjuangan anak-anak timnas U-19 pantas diacungi jempol untuk semangat juangnya. Bayangkan saat Indonesia sudah tertinggal jauh 1-6, tidaklah melumpuhkan mental pemain timnas, justru semangat mereka makin berkobar dan akhirnya mampu melesakkan 4 gol di 25 menit terakhir.
Waktu itu salah satu pahlawan timnas U-19 adalah remaja dari Papua, Todd Rivaldo Fere, yang meskipun baru dimasukkan oleh pelatih Indra Sjafri setelah babak kedua berlangsung belasan menit, tapi mampu membikin hattrick alias mencetak 3 gol cantik. Satu gol dicetaknya dari tendangan bebas jarak jauh, dan 2 gol dari keahliannya menggiring bola, meliuk-liuk menghindari hadangan lawan, dan menuntaskannya dengan tendangan maut tanpa dapat ditangkap penjaga gawang Qatar.
Saking cemasnya pemain Qatar, mereka beberapa kali memainkan drama untuk mengulur waktu. Permainan mereka pun menjurus kasar untuk menjatuhkan pemain Indonesia. Puncaknya adalah ketika pelatih Qatar masuk lapangan pada menit 90+5, saat Firza Andika mau mengambil tendangan bebas.Â
Atas aksinya tersebut, sang pelatih pun diusir wasit, sehingga saat jumpa pers seusai pertandingan ia tidak boleh hadir. Namun bagaimanapun juga aksi pelatih berkebangsaan Portugal tersebut,Bruno Miguel Pinheiro, berhasil merusak konsentrasi pemain Indonesia, sehingga akhirnya Qatar meluapakan kegembiraannya karena tetap mampu mempertahankan kemenangannya.
Nah, rupanya saat wasit meniup pluit panjang tanda pertandingan berakhir, antar pemain kedua kesebelasan tidak saling berjabat tangan sebagaimana lazimnya pada sebuah laga resmi. Padahal ini penting sebagai tanda fair play.
Akibatnya, PSSI dihukum Federasi Sepak Bola Asia (AFC) dengan hukuman denda sebesar US $ 1.000 atau sekitar Rp 14 juta. Menurut AFC, PSSI dinilai melanggar pasal 50 kode disiplin dan etik terkait jabat tangan seusai pertandingan (kompas.com, 14/12).Â
Denda sejumlah yang sama juga dikenakan pada Qatar. Namun karena Qatar melakukan kesalahan sama sebanyak dua kali, sekali lagi saat melawan Thailand, maka total dendanya tentu lebih banyak.
Sebetulnya bila ditelusuri pada pemberitaan seputar turnamen Piala Asia U-19, ada lagi aksi tidak simpatik di laga pembukaan yang mempertemukan Qatar dengan Uni Emirat Arab (UEA). Saat pertandingan mau dimulai kapten UEA Omar Hasan menolak berfoto dan bersalaman dengan wasit serta kapten timnas Qatar U-19, Nasser Abdulsalam.Â
Hal tersebut diduga berkaitan dengan konstelasi politik di kawasan Timur Tengah, di mana UEA bergabung dengan blok Arab Saudi dalam mengucilkan Qatar yang dituduh mendukung gerakan teroris. Belum jelas apakah tindakan kapten UEA tersebut juga merupakan pelanggaran disiplin dan apakah AFC sudah menjatuhkan hukuman.Â
Tapi pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya oleh pemain sepak bola di level manapun, ternyata acara salam-salaman yang terlihat sebagai hal yang sepele, rupanya punya makna penting dalam menunjukkan sikap sportivitas yang harus dijunjung semua olahragawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H