Persija tidak saja sukses menjuarai Liga 1 tahun ini, tapi secara individu ada dua penghargaan yang diraih, yakni gelar pemain terbaik dan pelatih terbaik. Lengkap sudah kesuksesan klub berjulukan Macan Kemayoran ini.
Tak ada yang kaget bila pelatih Persija, Stefano Cugurra Teco dinobatkan menjadi pelatih terbaik. Soalnya di tahun ini saja, sudah dua tropi yang dipersembahkannya, yakni Piala Presiden di awal tahun sebagai turnamen pra musim, dan pemuncak Liga 1 yang baru saja berakhir.
Ibaratnya, Teco yang berpaspor Brazil kelahiran Rio de Janeiro 44 tahun lalu, dengan gagah menerapkan slogan Vini Vidi Vici mengingat kiprahnya sebagai pelatih kepala di Indonesia relatif baru.
Sebelumnya karir kepelatihan Teco lebih banyak dijalaninya di Thailand. Memang ia sempat merasakan atmosfer sepak bola Indonesia ketika dibawa oleh Jacksen F. Tiago menjadi pelatih fisik di klub Persebaya tahun 2004. Â Saat itu Jacksen yang juga asal Brazil menjadi pelatih kepala di Persebaya.
Dengan keberhasilannya di Persija, Teco masuk salah seorang calon kuat untuk memegang timnas senior, setelah Bima Sakti tidak lagi ditunjuk PSSI menjadi pelatih, menyusul hasil buruk di Piala AFF.
Namun gelar pemain terbaik bagi Rohit Chand, agaknya merupakan sebuah kejutan, tidak saja bagi pencinta sepak bola di tanah air, tapi juga bagi Rohit sendiri, yang tak menyangka ia masuk nominasi dan terpilih.Â
Padahal nominee saingannya lebih berkilau yakni Willem Jan Pluim dari PSM Makassar dan David da Siva dari Persebaya Surabaya. David bahkan menjadi pencetak gol kedua terbanyak sepanjang Liga 1 2018 dengan koleksi 20 gol, satu gol di bawah Aleksandar Rakic dari PS. Tira.
Adapun Rohit mengakui bahwa ia tidak banyak menciptakan gol atau memberi assist. Hanya 3 gol dan 2 assist yang tercatat pada statistik Liga 1 tahun ini yang dilahirkan Rohit.
Pasti ada kelebihan Rohit di mata tim penilai. Yang pasti, Rohit adalah satu dari sedikit pemain yang mampu tampil sama baiknya di beberapa posisi, di belakang ataupun di depan.
Rohit sendiri bisa disebut sebagai pemain anomali di Indonesia, karena berasal dari negara yang sepak bolanya belum terdengar prestasinya, Nepal. Rasanya, ia satu-satunya pemain Nepal di negara kita, bahkan mungkin juga di Asia Tenggara.Â