Liga 1 2018 baru saja berakhir. Saat acara penutupan di Gelora Bung Karno (GBK) Minggu  malam (9/12), selain penyerahan tropi juara buat klub Persija, juga diserahkan beberapa penghargaan lain, di anatarnya buat pencetak gol terbanyak.
Sampai menjelang laga pamungkas digelar, David da Silva, striker Persebaya asal Brazil, masih bercokol sebagai top skor dengan koleksi 20 gol.Â
Tapi laga antara PS Tira melawan Borneo FC di Samarinda, yang secara mengejutkan dimenangi PS Tira 3-1 ternyata membawa keuntungan ganda, yakni terhindarnya PS Tira dari degradasi, dan juga mengantar pemain asingnya Aleksandar Rakic menggondol gelar pemain tersubur dengan 21 gol. 2 gol di antaranya dicetak Rakic di Samarinda pada laga pamungkas tersebut.
Menarik bahwa ada beberapa kesamaan  di antara ketiga pemain di atas. Mereka semua di tahun ini berstatus sebagai pendatang baru di kancah persepakbolaan tanah air. Rupanya chemistry-nya cocok. Tentu ini juga menjadi keberhasilan bagi agen yang berhasil mendatangkannya.Â
Mereka juga berada di puncak kematangan seorang pemain profesional, yakni di usia sekitar 30 tahun. Rakic yang tertua 31 tahun, Simic 30 tahun dan David da Silva 29 tahun.Â
Khusus untuk Simic dan Rakic juga ada kesamaan lain, yakni berasal dari Yugoslavia, negara yang bubar dan pecah jadi beberapa negara baru, di antaranya Kroasia, negara asal Simic dan Serbia, asal Rakic.
Sayangnya, kedigjayaan pemain asing membuat gap yang kian lebar dengan pemain lokal. Pemain lokal tersubur adalah Stefano Lilipaly, yang dinaturalisasi dari Belanda, namun punya darah Indonesia. Lilipaly mencetak 11 gol dan berada di peringkat 12 pada daftar pencetak gol.
Pemain lokal berikutnya adalah Syamsul Arif dan Hari Nur Yulianto, masing-masing dari klub Barito Putera dan PSIS Semarang, yang sama-sama menciptakan 10 gol dan berada di peringkat 14 dan 15.
Seharusnya pemain lokal mampu mencuri ilmu pemain asing, sehingga di tahun depan, peringkat pencetak gol tidak teralu jomplang seperti sekarang.
Â