Yang menangis di medsos tersebut juga bukan sembarang orang. Jabatannya juga direktur tapi di perusahaan yang berbeda dengan sang direktur yang mengadakan resepsi. Tapi di masa awal meniti karir sebagai staf junior, keduanya satu angkatan saat diterima di sebuah perusahaan.Â
Grup medsos yang dimaksud memang beranggotakan teman-teman satu angkatan. Awalnya mereka senasib. Tapi makin lama, nasib masing-masing berbeda-beda. Hanya sedikit sekali yang mencapai kursi direktur, kebanyakan  masih dua atau tiga level di bawah direktur.  Ada juga beberapa yang sudah satu level di bawah direktur.
Kebayang kan, kalau yang jabatannya rendah, saat ikut berkomentar di grup, akan penuh sopan santun. Tapi bagi mereka yang setara terkesan lebih terbuka. Itulah yang dilakukan sang pengirim emoticon, tidak perlu takut-takut, toh sama-sama direktur.
Namun rupanya balasan dari yang punya hajat, sungguh tidak terduga oleh anggota grup. Ia menjelaskan bahwa undangan tersebut telah dikirimkan ke kantor teman yang mengaku tidak menerima itu tadi. Kemudian ditambahi dengan "serangan balik" berupa gambar orang menangis yang lebih keras, karena justru dialah yang dilupakan, tidak diundang saat dulu sang pemrotes mengadakan resepsi pernikahan anaknya.
Saling protes antar dua direktur itu berakhir begitu saja, mereka tidak lagi saling menyahut di grup. Mungkin mereka sadar, hal-hal begitu, pantasnya dilakukan secara japri. Tapi mungkin juga mereka terlibat perang dingin, saling mendiamkan. Siapa tahu?
Intinya, berkomunikasi melalui grup medsos perlu kehati-hatian. Soalnya lucu juga membaca saling protes antar orang-orang yang punya kedudukan terhormat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H