Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Iklan "Home Shopping", Apakah Masih Efektif?

22 November 2018   21:07 Diperbarui: 22 November 2018   21:14 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. agency-iklan.com

Apakah anda sering melihat acara talkshow di televisi yang sebetulnya adalah promosi penjualan dari suatu produk? Biasanya yang dijual adalah produk yang terkait dengan kesehatan, baik obat maupun peralatan. Untuk produk seperti itu biasanya menghadirkan perbincangan dengan seorang dokter atau pakar kesehatan lainnya.

Gelang yang biasanya hanya berfungsi sebagai asesoris bagi kaum hawa, ternyata sekarang banyak dipakai laki-laki setengah baya karena terpengaruh dengan iklan gelang kesehatan di televisi. Deker yang menjadi pelapis lutut agar kokoh, sepeda statis, alat pijat otomatis, adalah beberapa contoh lain produk yang terkait dengan kesehatan.

Durasi acara iklan tersebut rata-rata sekitar 30 menit. Di samping itu produk perabot rumah tangga juga banyak dijual dengan menjaring konsumen dari iklan seperti itu. Cara berbelanjanya disebut dengan home shopping, dan perusahaan yang gencar beriklan ala talkshow lengkap dengan peragaan pemakian produk tersebut, ternyata relatif banyak.

Beberapa stasiun televisi bahkan menyediakan waktu yang amat panjang, bisa lebih dari separo jam tayang setiap harinya, disediakan untuk iklan home shopping. Tapi stasiun televisi yang demikian memang bukan termasuk stasiun televisi terkenal.

Sepanjang penayangan iklan biasanya terdapat running text tentang nomor telepon perusahaan yang bisa dihubungi pemirsa yang tertarik. Harga normal serta harga setelah diskon atau harga promosi, termasuk info pembelian secara cicilan, juga tercantum. 

Anehnya tidak diberikan info tentang alamat lengkap perusahaan penjual karena memang tidak berniat untuk mengundang konsumen datang ke tempat usahanya. Rata-rata perusahaan tersebut tidak punya showroom yang memadai, hanya berupa ruko sederhana yang berfungi sebagai kantor dan gudang tempat barang yang dijual.

Dari iklan home shopping diharapkan konsumen sudah dapat penjelasan tentang spesifikasi barang yang ditawarkan termasuk tampilan fisik barang dari berbagai sudut serta cara penggunaanya. Jadi memang tidak perlu datang ke alamat perusahaan. 

Konsumen tinggal menelpon untuk memesan barang dengan memberikan alamat lengkap untuk diantar oleh petugasnya. Sesampai barang di rumah, si petugas akan membantu pemasangan seandainya barang yang dibeli harus dipasang terlebih dahulu. Setelah itu baru dilakukan pembayaran. Gampang memang.

Tapi masalahnya adalah apakah cara beriklan seperti itu masih efektif? Anak muda sekarang sudah mulai tidak tertarik dengan televisi. Sedangkan bapak-bapak yang masih setia menonton televisi, kebanyakan tidak sabar melihat iklan panjang seperti itu, langsung angkat remote untuk ganti channel.

Maka kalaupun sampai sekarang iklan home shopping masih bertahan, itu karena ibu-ibu rumah tangga yang punya waktu banyak menonton televisi, sebagian tertarik untuk memesan barang. Namun apakah omzetnya bisa menutup biaya iklan di televisi, tidak terdapat info yang jelas karena pemberitaan tentang kinerja perusahaan jarang terungkap.

Padahal bila asumsinya tarif iklan di televisi untuk beberapa detik saja amatlah mahal, tentu bila durasinya sampai 30 menit, tarifnya jauh lebih tinggi meskipun taroklah mendapat potongan tarif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun