Semen Indonesia yang merupakan holding company dari sejumlah perusahaan semen milik negara yang terdiri dari Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa, baru-baru ini melakukan aksi korporasi yang nilai transaksinya tergolong besar. Aksi korporasi dimaksud adalah akuisisi atas 80,6% saham Holcim Indonesia.
Seperti yang diberitakan Bisnis.com (14/11), akuisisi tersebut akan mengubah peta persaingan industri semen domestik dan juga di tingkat global. Bahkan Direktur Utama Semen Indonesia, Hendi Prio Santoso, mengklaim perusahaan yang dipimpinnya akan menjadi produsen semen terbesar di Asia Tenggara dan masuk 10 besar dunia, karena kapasitas produksi naik menembus angka 53 juta ton per tahun.
Adapun nilai akuisisi yang disepakati sebesar US$ 917 juta atau setara Rp 13,9 triliun untuk mengambil alih 6.179.612.820 lembar saham atau 80,6% kepemilikan Lafarge Holcim melalui anak perusahaannya Holderfin BV di Holcim Indonesia.
Dari data yang dilansir koran Bisnis Indonesia (14/11), sebelum akuisisi, Semen Indonesia memang sudah menjadi yang terbesar di tanah air dengan aset Rp 50,77 triliun pada posisi akhir tahun 2017, diikuti oleh Indocement Rp 26,63 triliun, dan Holcim Indonesia Rp 18,94 triliun.Â
Namun untuk level Asia Tenggara, Semen Indonesia masih di bawah Siam Cement Group dari Thailand. Untuk level dunia, Semen Indonesia berada di peringkat 14, sedangkan Siam Cement peringkat 11. Setelah akuisisi, Siam Cement langsung berada di bawah Semen Indonesia yang langsung bertengger di peringkat 7 dunia.Â
Peringkat di atas disusun berdasarkan kapasitas produksi, karena produksi menjadi indikator penting bagi industri semen. Asumsinya tentu semua produksi akan terserap oleh pasar mengingat kebutuhan semen buat membangun gedung dan pembangunan lainnya selalu bertambah. Apalagi sejak Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia, pembangunan infrastruktur, yang pasti berdampak pada industri semen, digenjot luar biasa.
Tapi ada pertanyaan yang belum terjawab, kenapa Holcim mau melepas sahamnya? Kalau mengacu pada berita di Bisnis Indonesia, harga transaksi akuisisi di atas termasyuk murah, mengingat awalnya Holcim menawarkan US$ 2 miliar untuk 100% kepemilikan. Namun setelah negosiasi, sepakat senilai US$ 917 juta untuk 80,6% kepemilikan.
Asal tahu saja, Lafarge Holcim yang berpusat di Swiss yang menjadi induk Holcim Indonesia selama ini, adalah produsen semen terbesar dunia dengan kapasitas produksi per tahun sebanyak 345 juta ton dari 220 buah pabrik yang tersebar di banyak negara. Tentu ada sesuatu kenapa Lafarge Holcim kebelet buat melego sahamnya. Apakah prospek Indonesia pada masa mendatang menurut mereka tidak lagi secerah sebelumnya?
Kemudian perlu pula dipantau pendapat dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), apakah dengan akuisisi tersebut, Semen Indonesia memonopoli industri semen di negara kita, yang secara regulasi tidak dibolehkan?
Dari sisi kondisi keuangan Semen Indonesia sendiri, seperti diberitakan Bisnis Indonesia, akan mendanai akuisisi dimaksud dengan melakukan pinjaman sindikasi dari sejumlah bank di dalam dan luar negeri. Tentu diharapkan akuisisi tersebut betul-betul akan meningkatkan nilai tambah pada Semen Indonesia sehingga kemampuan keuangannya meningkat, pajak atas labanya meningkat, serta pengembalian kreditnya juga lancar.
Dari sisi masyarakat dan pemerintah, tentu yang diharapkan adalah kelancaran pasokan semen agar pembangunan nasional terlaksana sesuai target dan harga semen tetap terjangkau oleh masyarakat banyak, termasuk di daerah pelosok.Â