Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Slogan Promosi "BUMN Hadir untuk Negeri", Bersaing dan Bersinergi

10 Desember 2018   09:08 Diperbarui: 10 Desember 2018   09:15 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"BUMN Hadir Untuk Negeri". Slogan ini sekarang wajib dicantumkan oleh semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam setiap promosinya. Tentu saja slogan itu penting untuk menancapkan citra di benak masyarakat Indonesia, bahwa misi suci dari semua BUMN adalah untuk kemajuan negeri sendiri, bukan semata-mata untuk kemajuan perusahaan, bukan untuk memakmurkan pejabat dan karyawannya saja.

Menurut laman bumn.go.id, pada posisi 30 April 2018, jumlah BUMN tercatat sebanyak 115 perusahaan. Jumlah ini semakin menyusut dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penyusutan ini terjadi karena adanya merger seperti pembentukan Bank Mandiri yang sebelumnya merupakan 4 bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia.

Ada juga penyusutan karena perubahan status, seperti RRI dan TVRI yang menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Namun beberapa tahun terakhir ini penyusutan BUMN lebih banyak terjadi karena pembentukan holding company, di mana sebuah BUMN bertindak sebagai induk perusahaan, sehingga beberapa perusahaan sejenis yang dulunya merupakan BUMN secara independen, menjadi anak perusahaan holding tersebut. 

Contoh terbaru dari pembentukan holding adalah dengan ditetapkannya Inalum menjadi holding BUMN Pertambangan pada tangal 29 November 2017. Dengan demikian, saham negara pada perusahaan Antam, Timah, dan Bukit Asam dialihkan ke Inalum.  Inalum sedang punya tugas besar dalam rangka divestasi saham Freeport, sebagai pihak yang akan membeli sebagian saham perusahaan tambang raksasa asal negara Paman Sam itu.

Dengan slogan baru, "Hadir Untuk Negeri; juga terkesan BUMN lebih kompak, dan memang itu yang diharapkan pemerintah, yakni terciptanya hubungan yang saling menguntungkan antar sesama BUMN. Maka, jangan heran, bila Pertamina atau Telkom lebih memilih bekerjasama dengan BRI, BNI atau Bank Mandiri, bukan dengan bank-bank swasta atau bank asing yang membuka kantor di Indonesia. 

Hanya saja, dengan belum terbentuknya holding di BUMN Perbankan, sebetulnya diam-diam tetap ada persaingan antar sesama bank pelat merah dalam mendekati BUMN besar lain. Katakanlah bagaimana agar dana dari Pertamina sebagian besar ditempatkan di sebuah bank BUMN, itu melewati proses rebutan antar bank-bank besar. 

Meskipun untuk memenuhi prinsip tata kelola yang baik, Pertamina sebelum menjatuhkan pilihan ke Bank A, tentu harus mengadakan beauty contest antar bank-bank yang berebut itu tadi. Tapi, mungkin saja, ada pejabat bank yang bergerilya merayu pejabat pengambil keputusan di Pertamina.

Maka, meskipun semua bank BUMN kelihatan kompak dengan slogan "hadir untuk negeri", apalagi memang ada layanan yang bersinergi seperi adanya mesin "ATM Merah Putih" yang merupakan ATM bersama Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), tetap ada pertarungan tersembunyi yang tidak mencuat ke permukaan.

Ambil contoh, di sebuah kota kabupaten, yang biasanya jumlah pengusahanya yang menonjol tidak begitu banyak. Meskipun seorang pengusaha sudah menjadi nasabah sebuah bank negara, katakanlah BRI, tapi tetap saja cabang Bank BNI, Mandiri atau BTN, terkadang juga dengan bank syariah, yang ada di kota tersebut, dengan segala upaya berusaha merebut pengusaha tersebut dari BRI.

Namun, di level kantor pusat, direksi antar bank-bank milik negara terlihat bergandengan mesra, seperti saat sedang main golf bersama. Memang, dalam bisnis skala besar, mereka juga bergandengan tangan. Untuk pemberian kredit dalam jumlah besar, misalnya untuk proyek jalan tol, suatu bank pasti mengajak bank lain, yang disebut dengan Kredit Sindikasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun