Sayangnya, ibu Radin (diperankan Djenar Maesa Ayu) malah sangat tidak suka Radin berteman dengan Banyu dan Kinara. Ibu Radin berupaya keras memisahkan Radin dari temannya itu dengan berbagai cara, termasuk mendatangi Eyang Uti untuk memintanya melarang Banyu mengganggu Radin. Di mata ibunya, Radin hanya dimanfaatkan oleh Banyu.
Kepiawaian artis legendaris Christine Hakim sungguh tak perlu diragukan lagi. Saat Ibu Radin marah-marah dirumah Eyang Uti dengan melontarkan hinaan terhadap Banyu, betapa tenang sang Eyang menghadapinya dan dengan tegas minta tamunya keluar rumah karena ia masih punya kesibukan.Â
Tapi begitu tamunya keluar, pecahlah tangis Eyang Uti sejadi-jadinya, tak sudi cucunya dicaci maki sebagai anak tidak normal. Ini salah satu adegan yang paling berkesan pada film DITR.
Apresiasi serupa tentu harus diberikan pula kepada pemeran Banyu, baik yang versi anak-anak, maupun dewasa, yang kelihatan mampu tampil natural sebagai penyandang autis.Â
Gerakan kepala yang selalu miring, mengulang-ulang perkataan, tidak peduli orang lain dan hanya fokus ke dirinya sendiri, membenturkan kepalanya bila kecewa, dilakukan dengan baik persis seperti anak autis.Â
Paling tidak itulah kesan penonton kebanyakan, meskipun misalnya bila ditonton oleh kalangan dokter atau psikolog, bisa saja terdapat hal-hal yang kurang pas. Dimas Anggara sendiri mengaku belajar pada psikolog selama 3 bulan untuk menjadi Banyu.
Cerita berakhir dengan suatu hal yang tak terduga. Betapa Banyu yang selalu dituding menjadi beban oleh ibunya Radin, ternyata mengorbankan jiwanya sendiri demi keselamatan Radin yang terkena serangan jantung saat bermain basket.Â
Banyu mendonorkan jantungnya buat Radin, seperti yang tertulis di suratnya yang ditemukan saat ia tertabrak mobil di tengah hujan lebat. Terlepas dari logis tidaknya ending DITR, tapi itulah yang dipilih sutradaranya, Rudy Aryanto, untuk menggambarkan persahabatan yang demikian tulus.
Rudy Aryanto, alumni Institut Kesenian Jakarta, memang belum begitu terkenal sebagai sutradara layar lebar, meskipun DITR adalah film keempatnya. Ia lebih banyak berkutat menyutradarai sinetron drama, makanya adegan "kebetulan" gaya khas sinetron untuk mendramatisir, juga terlihat di DITR.
Namun sebagai hiburan yang edukatif dan inspiratif, DITR tergolong lumayan, cocok untuk semua anggota keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H