Kompas edisi Kamis 25 Oktober 2018 yang lalu, menurunkan berita yang menarik bagi yang suka menyimak perkembangan bisnis di tanah air. Berita tersebut mengulas 6 perusahaan di Indonesia yang berhasil masuk 500 perusahaan terbaik dunia versi Forbes.
6 perusahaan tersebut adalah Bank Mandiri, berada pada peringkat 11 dunia, BCA peringkat 32, Gudang Garam peringkat 109, Telkom peringkat 112, BNI peringkat 157 dan BRI peringkat 186.
Sungguh sangat membanggakan, perusahaan di negara kita ternyata mampu bersaing di kancah internasional. Apalagi 4 dari 6 perusahaan di atas, berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebelumnya terkadang dikritik sebagai kurang profesional.
Adapun yang merebut peringkat 1 adalah Alphabet, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat dan induk dari perusahaan Google. Alphabet unggul dari sisi iklim kerja dan keberagaman. Posisi ke 2 sampai 5 ditempati Microsoft, Apple, Walt Disney, dan Amazon.
Perlu diketahui bahwa Forbes menyusun peringkat perusahaan berdasarkan 430.000 rekomendasi global yang dianalisis oleh Statista. Pada intinya karyawan diminta menilai perusahaan tempat mereka bekerja dan ditanyakan apakah akan merekomendasikan perusahaan tersebut pada keluarga atau temannya.
Jadi jelaslah, unsur kepuasan karyawan menjadi faktor penentu dari peringkat perusahaan versi Forbes, karena didasarkan filosofi bahwa karyawan merupakan faktor kunci.
Sebetulnya, di banyak perusahaan di negara kita, pemahaman bahwa karyawan menjadi faktor kunci sudah lama berkembang. Makanya istilah sumber daya manusia sebagai aset perusahaan yang paling berharga, sering kita dengar atau baca.Â
Bahkan paradigmanya sudah meningkat lagi dari sumber daya manuasia (human resources) menjadi modal manusia (human capital). Tak heran, bila di perusahaan besar, ada satu divisi khusus, atau diangkat ke level lebih tinggi berupa satu direktorat khusus, yang mengkoordinir semua hal terkait human capital.
Disebut mengkoordinir, karena hanya bersifat memimpin dan mengarahkan dalam menyusun kebijakan, perencanaan, perekrutan, pengembangan karir dan penilaian terhadap karyawan.Â
Adapun eksekusinya berada pada semua jabatan, dari level direktur utama sampai yang paling rendah, katakanlah supervisor. Artinya, setiap pejabat sekaligus menjadi manajer sumber daya manusia atas semua karyawan bawahannya.
Jika karyawan sudah merasa nyaman bekerja, pada gilirannya akan mengangkat kinerja perusahaan, khususnya dalam memperoleh laba sebagai motif utama dalam berbisnis. Ke 6 perusahaan di atas selama ini kinerjanya memang kinclong.