Bagi mereka yang sering mengamati pergerakan harga saham dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), tentu telah mengetahui bahwa meskipun secara umum pasar saham cenderung sedikit melemah seiring pelemahan rupiah terhadap mata uang asing, namun ada sebuah anomali terhadap harga saham PT Mahaka Media Tbk.
Mahaka Media adalah perusahaan yang berada di bawah kendali Erick Thohir, pengusaha muda yang telah sukses menjalankan tugasnya sebagai ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC).
Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games berbuah manis bagi Erick, karena tugas yang tidak kalah menarik telah menunggu, setelah ia resmi ditunjuk sebagai Ketua Tim Sukses Jokowi - Ma'ruf Amin di Pilpres mendatang.
Rupanya berita tugas baru Erick tersebut menjadi sentimen positif yang mengerek harga saham Mahaka. Hingga tanggal 7 September lalu, Mahaka masih diperdagangakan pada harga Rp 50 per lembar saham, dan relatif tidak banyak ditransaksikan.
Namun begitu memasuki minggu berikutnya, saham dengan kode ABBA tersebut langsung melejit. Seperti diberitakan cnbcindonesia.com (24/9), pada tanggal 18/9 yang lalu harga per lembar ABBA tercatat Rp 186,46 per lembar, atau mengalami kenaikan sebesar 272,93% dari kondisi sebelum Erick menjadi Ketua Tim Sukses.
Tak heran salah seorang komisaris Mahaka Media, R Harry Zulnardy, menjual 5 juta lembar saham Mahaka yang dipunyainya. Namun Harry masih mempunyai 22,5 juta saham lagi yang dikantonginya.
Kalau ia lepas semua sahamnya tentu bisa berdampak negatif juga. Takut dipersepsikan bahwa pengurus perusahaan sendiri telah menganggap harga saham terlalu tinggi, sehinga bisa memicu aksi jual oleh pemegang saham lain yang berbuntut dengan turunnya harga saham.
Sebagai informasi, dalam ketentuan yang berlaku di BEI bila sebuah saham harganya naik atau turun terlalu tajam, perdagangannya dihentikan sementara karena dikategorikan sebagai unusual marker activity (UMA).Â
Nah, sebetulnya sebelum seorang komisaris Mahaka di atas menjual sahamnya, BEI telah menggolongkan ABBA sebagai UMA pada hari Kamis (13/9). Kemudian, ABBA kembali diperdagangkan Selasa (18/9).Â
Namun, baru sehari dibuka lagi, harga saham melejit sampai Rp 195 per lembar, atau naik 34,48% dibanding harga saat pembukaan kembali. Hal ini membuat ABBA mengalami suspend kedua kalinya terhitung Rabu (19/9).
Apakah kenaikan yang begitu drastis tergolong wajar? Atau apakah ini yang disebut penggorengan saham oleh para spekulan memanfaatkan momentum penunjukan Erick sebagai ketua tim sukses Jokowi? Itulah yang menjadi fokus penelitian pihak BEI, dan sampai hari ini (24/9) publik masih menunggu keputusan BEI, apakah besok sudah dibuka kembali atau belum.Â