Universitas Indonesia (UI) dilihat dari gedung-gedungnya sebetulnya tidak begitu berbeda dengan universitas negeri papan atas lainnya di negara kita yang dibangun secara terpadu di area yang luas dan berlokasi di luar kota.
Memang, sebelum dekade 1980-an, kebanyakan universitas negeri yang ada di kota-kota provinsi, bangunannya sederhana saja dan terpencar di beberapa lokasi. Lalu setelah itu, universitas negeri direlokasi ke luar kota dengan bangunan relatif megah, di mana semua fakultas berada di lokasi baru.
Tapi, ada satu hal yang menjadi keistimewaan UI yang punya kampus besar di Depok, Jawa Barat, yakni kampus UI jauh lebih hijau dan punya beberapa danau yang besar. Tak berlebihan kiranya kalau tampilan UI mirip dengan kampus besar ternama di Eropa atau Amerika Serikat.
Bahkan julukan UI sebagai green campus, telah diakui secara global. Ada peringkatnya dengan sejumlah parameter tertentu. Hasilnya UI menjadi yang terhijau di Indonesia, dan peringkat ke 23 di dunia (data tahun 2017).Â
Saya yang bosan dengan acara wisuda, dan mumpung lagi di UI, maka saya memilih untuk berkeliling kampus, khususnya di sekitar danau, di mana gedung-gedung utama menghadap ke danau. Toh, waktunya untuk berfoto-foto dengan anak yang diwisuda, masih sekitar tiga jam lagi.
Mata saya memandang  gedung di sekeliling danau, antara lain gedung Rektorat yang tinggi dengan atap bercorak limas, balairung yang luas yang lagi dipakai sebagai tempat wisuda, perpustakaan pusat yang bercorak futuristik, masjid yang indah, dan sebagainya.Â
Adapun gedung berbagai fakultas, lab, dan fasilitas lainnya tersebar di area seluas 320 hektar ini, dengan catatan 75 persen dari luas tersebut diperuntukkan sebagai hutan kota menjadi kawasan konservasi.
Namun dengan kampus yang demikian luas, dengan hutannya yang rindang, tentu ada faktor negatifnya, seperti susah untuk diawasi. Apalagi pada malam hari di beberapa lokasi kondisinya gelap.
Sudah beberapa kali terjadi tindak kriminal di kampus ini. Â Salah satu yang menghebohkan adalah penemuan mayat di danau, yang teridentifikasi berstatus mahasiswa UI bernama Akseyna Ahad Dori, tahun 2015 lalu. Sampai sekarang kasus ini tidak jelas dalam arti belum ditemukan pelakunya.
Semoga dengan bimbingan yang tepat dari para dosen dan para pengurus masjid, pendidikan rohani di UI bisa berkembang sama baiknya dengan pendidikan sesuai dengan cabang ilmu di semua fakultas, serta menghasilkan mahasiswa yang berakhlak baik, berbudi pekerti, tidak terkontaminasi paham radikalisme, dan yang tak kalah penting, tidak mendidik calon koruptor.