Di Kota Denpasar, Bali, pasar utama bagi warga setempat adalah Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Kedua pasar ini sebetulnya berada dalam satu lokasi di pusat kota, namun dipisahkan oleh Tukad Badung. Tukad adalah bahasa Bali untuk menyebut sungai.Â
Dulu, sebagaimana banyak pasar tradisional di negara kita, Â kedua pasar ini relatif kotor. Tukad Badung terkena dampak dari aktivitas pasar yang ramai, sebagian sampah di buang seenaknya ke sungai, sehingga airnya keruh. Namun sekarang sungai yang mengalir di depan pasar ini tampil memesona. Apalagi kalau di malam hari, dengan penataan cahaya lampu yang gemerlap, kawasan ini terlihat indah dan hidup.Taman di kedua sisi sungai tersebut sekarang menjadi tempat favorit warga setempat untuk melepas lelah, bermain bersama keluarga atau teman. Pemerintah Kota Denpasar menyebutkan bahwa penataan Tukad Badung terinspirasi dari Sungai Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan.Â
Lekukan sungai ditata secara apik dan dihiasi pula oleh air mancur yang dipasang di sisi-sisi jembatan yang menghubungkan kedua pasar. Jogging track sepanjang 120 meter juga menjadi daya tarik bagi pengunjung buat mencari keringat.
Tentu juga daya tariknya sebagai obyek wisata menjadi salah satu tujuan penataan tukad Badung. Kota Denpasar yang statusnya adalah ibukota provinsi selama ini semakin jauh tertinggal dari Kuta yang secara administrasi pemerintahan masuk wilayah Kabupaten Badung. Kuta jauh lebih ramai dan hidup serta terkesan lebih modern. Hanya Sanur yang menjadi obyek wisata unggulan di Kota Denpasar.
Hanya saja masih tersisa masalah bila air lagi naik. Lebar sungai ini memang relatif pendek, dan tidak mampu menampung luapan air. Agaknya perlu diperdalam atau dilakukan cara lain yang membuat air tidak tergenang sampai ke tempat pejalan kaki di sisi sungai.
Bila persoalan pemeliharaan sudah teratasi, warga merasa ikut memiliki dan tidak menyerahkannya ke petugas resmi saja, maka sebutan Tukad Badung sebagai ikon kota Denpasar akan mampu bertahan lama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H