Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kos-kosan, Bukan Lagi Bisnis Ibu-ibu

12 Juli 2018   14:05 Diperbarui: 12 Juli 2018   14:16 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah jadul, kamar kos nyempil di pojok (dok. rumah.com)

Saat perguruan tinggi yang ramai diburu calon mahasiswa telah mengumumkan daftar mahasiswa baru yang lulus seleksi, dan biasanya itu berlangsung di bulan Juli seperti sekarang ini, maka salah satu kegiatan mahasiswa baru yang berasal dari luar kota atau luar daerah adalah mencari tempat kos.

Tapi syukurlah saat ini mencari kos-kosan relatif gampang, karena di kawasan  sekitar perguruan tinggi yang banyak mahasiswanya, banyak pula tersedia tempat kos. Ada yang berupa rumah petak di gang sempit, ada pula apartemen mewah seperti kamar di hotel berbintang. 

Masalahnya bukan lagi pada ada atau tidaknya tempat kos, tapi pada budget yang tersedia di kantong mahasiswa. Untuk kamar kos yang standar saja, rata-rata tarifnya sudah relatif mahal. Namun mengingat kos-kosan kelas standar tersebut telah menyediakan perabotan yang diperlukan, dengan kamar mandi di dalam, maka harga tersebut termasuk wajar.

Tentu untuk yang kelas elit dengan tambahan fasilitas televisi, pendingin udara, serta wifi gratis, tarifnya jauh lebih mahal. Namun karena mahasiswa yang punya daya beli tinggi, cukup banyak, maka kamar kos elit ini tidak pernah kekurangan peminat. 

Memang, mahasiswa sekarang beda jauh penampilannya dibanding era sampai dengan tahun 1970-an. Dulu mahasiswa banyak yang naik sepeda. Sekarang banyak yang membawa mobil pribadi, atau setidaknya punya motor.

Rumah jadul, kamar kos nyempil di pojok (dok. rumah.com)
Rumah jadul, kamar kos nyempil di pojok (dok. rumah.com)
Karena kemampuan ekonomi mahasiswa jadul yang rendah itulah yang membuat kos-kosan zaman dulu tidak diangap sebagai sebuah bisnis yang prospektif. Alhasil waktu itu kamar kos disebut sebagai bisnisnya ibu-ibu. Maksudnya sebagai sumber penghasilan sampingan, selain uang belanja yang diberikan suaminya.

Dulu, menjadi anak kos harus siap-siap untuk menderita, kecuali bagi yang telah biasa mandiri saat masih di bangku sekolah menengah. Soalnya, kebanyakan mahasiswa jadul memasak sendiri, mencuci sendiri, dan menyetrika sendiri. Dan itu dilakukan di ruang yang sama dengan yang dipakai ibu kos, artinya dilakukan secara bergantian bila ruangannya sempit.

Ya, dulu kebanyakan tempat kos hanyalah berupa satu atau dua kamar di sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya. Biasanya bila anak si ibu kos sudah bekerja di kota lain, kamar si anak yang kosong akan dibisniskan oleh  si ibu rumah tangga. Tapi hanya kamar tok dalam keadaan kosong. Penyewa harus membawa tempat tidur dan lemari sendiri.

Sekarang, di pandang dari kacamata orang jadul, mahasiswa zaman now amat manja. Makanan tinggal order dan baju kotor tinggal di bawa ke laundry. Ada waktu senggang, mereka akan main ke mal, makan-makan dan nonton film.

Boleh dikatakan sekarang ini usaha tempat kos adalah bisnis yang besar dan karenanya dilakukan secara serius melalui perencanaan yang matang, termasuk dengan merekrut karyawan yang khusus mengelola tempat kos. Kos-kosan bukan lagi bisnis ibu-ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun