Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Wisata Kacang" di Pati, Jawa Tengah

27 Februari 2018   11:04 Diperbarui: 27 Februari 2018   19:32 3100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah tradisional Jawa dengan model terbuka milik seorang warga Pati (dok pribadi)

Seorang staf di kantor tempat dahulu saya bekerja melangsungkan pernikahan hari Minggu (25/2) yang lalu di Rembang, Jawa Tengah. Saya berkesempatan hadir memenuhi undangannya dengan berangkat naik kereta api Sabtu (24/2) malam dari Stasiun Gambir ke Stasiun Cepu. Lalu dari Cepu naik mobil ke Rembang selama sekitar 90 menit. 

Sebelumnya sempat ada kekhawatiran bahwa kereta api yang telah saya beli tiketnya, tidak dapat melayani penumpang karena tidak bisa melewati daerah Brebes yang baru saja ditimpa longsor, sehingga rel kereta api terendam. Untunglah, sejak Sabtu sore kereta api telah beroperasi secara normal, walaupun saat melewati Brebes harus dengan kecepatan yang amat rendah.

Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang Cepu, karena saya sampai di Stasiun Cepu saat masih subuh. Kota ini terkenal sebagai kota minyak, karena ada ladang minyak yang dikelola Pertamina di sini. Sedangkan Rembang merupakan kota yang relatif nyaman. Jalan protokol di kota ini terlihat lebar, sehingga lalu lalang kendaraan besar seperti truk dan bus amat lancar, seperti yang saya lihat di depan Kantor Bupati Rembang.

Yang menjadi obyek tulisan saya kali ini adalah rute perjalanan saya setelah menghadiri acara pernikahan di atas, yakni lewat darat dari Rembang ke Semarang, untuk selanjutnya naik pesawat ke Jakarta di sore harinya. Nah di perjalanan tersebut saya sempat singgah di Kota Pati, karena seorang anggota rombongan adalah warga Pati yang bekerja di Jakarta.

Sepanjang perjalanan dari Rembang ke Pati, di pinggir jalan terdapat tambak garam yang luas. Ternyata tambak garam tidak hanya ada di Madura. Di beberapa tempat, karena air meluap (sebelumnya beberapa kota di pesisir utara Jawa Tengah memang dilanda banjir), tambak garam kelihatan sudah seperti danau. Mendekati Kota Pati, pemandangan berganti dengan kebun tebu di sepanjang pinggir jalan.

Rumah makan bagi pengunjung di sebuah pabrik makanan dari kacang (dok pribadi)
Rumah makan bagi pengunjung di sebuah pabrik makanan dari kacang (dok pribadi)
Nah, apa yang menarik di Pati? Pati adalah Kota Kacang, karena dua perusahaan yang saling bersaing, dengan skala produksi yang besar dan merajai penjualan makanan olahan dari kacang di negara kita, berasal dari Pati. Maksudnya, pabriknya ada di sini dan di depan pabrik ada pusat penjualan yang ramai didatangi pengunjung dari luar kota, sebagai oleh-oleh dari Pati.

Meskipun produk yang dijual gampang ditemui di mini market di semua kota, tapi membeli di area pabriknya mungkin mendatangkan kepuasan tersendiri.

Mesin pabrik makanan dari kacang yang tidak dipakai lagi (dok pribadi)
Mesin pabrik makanan dari kacang yang tidak dipakai lagi (dok pribadi)
Dua perusahaan kacang yang bukan "kelas kacang" tersebut adalah bermerek Garuda (selanjutnya ditulis G) dan Dua Kelinci (DK). Dua-duanya terkenal karena promosinya demikian gencar, bahkan ada yang menjadi sponsor pendamping salah satu klub sepak bola sangat terkenal di Eropa. Konon para pemirsa televisi yang menonton siaran langsung Liga di Eropa, menjadi konsumen kacang yang utama.

Tempat Penjualan makanan aneka kacang di Pati (dok pribadi)
Tempat Penjualan makanan aneka kacang di Pati (dok pribadi)
Dari Rembang ke arah Pati, 2 Km sebelum masuk kota di sisi kanan jalan akan ditemui pusat penjualan kacang G. Tempatnya luas, namun di sini hanya betul-betul untuk belanja, karena tidak ada hal lain yang bisa dilihat. Berbeda dengan kacang DK yang lokasinya setelah melewati pusat kota Pati arah ke Semarang. Di sini pengunjung bisa bermain di taman halaman depan yang ada patung kelincinya.

Bahkan ada semacam gudang tempat menyimpan peralatan produksi yang sudah tidak terpakai, difungsikan sebagai museum yang bebas dilihat oleh pengunjung. Ada pula rumah makan dengan bangunan berkonsep tradisional Jawa di sisi kanannya, berdekatan dengan gerai tempat menjual aneka makanan produksi DK.

Tambak garam di jalur Rembang -Pati (dok pribadi)
Tambak garam di jalur Rembang -Pati (dok pribadi)
Sebetulnya ikan bandeng Juwana yang terkenal sebagai oleh-oleh dari Semarang juga gampang ditemui di Pati, karena kota kecamatan Juwana terletak di Kabupaten Pati. Tapi dengan keberadaan G dan DK yang masing-masing memiliki belasan ribu pekerja, menjadikan Pati lebih terkenal sebagai "Kota Kacang". Konon, kata Pati dalam bahasa Jawa berarti "mati", dan kota ini menjadi hidup sejak keberadaan pabrik kacang tersebut

Ladang tebu di jalur Rembang-Pati (dok pribadi)
Ladang tebu di jalur Rembang-Pati (dok pribadi)
Kata teman saya yang orang Pati, dijadikannya Pati sebagai basis produksi makanan olahan dari kacang lebih pada pertimbangan melimpahnya tenaga kerja dengan upah yang relatif murah, bukan karena melimpahnya tanaman kacang sebagai bahan bakunya. Adapun kebun kacang banyak terdapat di kawasan sekitarnya seperti Rembang dan Purwodadi. 

Sekarang sebetulnya pabrik kacang G dan DK juga sudah mendiversifikasi produknya dengan membuat aneka snack berupa biskuit dan makanan lainnya. Pabriknya pun sudah bertambah dengan membangun di kota lain. Tapi tetap saja, julukan Pati sebagai Kota Kacang seperti sudah menjadi trademark.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun