Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjajal Kalayang di Bandara Soekarno Hatta

12 Desember 2017   07:28 Diperbarui: 12 Desember 2017   10:43 7795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbong baru dengan jok empuk (dok pri)

Kalau anda belum tahu apa itu kalayang, gak usah malu, banyak sekali orang lain yang sama-sama belum tahu. Kalayang adalah bahasa Indonesia dari skytrain yang merupakan singkatan dari kereta api layang dan menjadi moda transportasi terbaru yang terdapat di bandara kebanggaan kita, Sokarno Hatta (Soetta), Tangerang, Banten.

Kalayang ini sebetulnya telah beroperasi sejak dua bulan terakhir yang melayani rute antar terminal 1, 2, dan 3 di bandara terbesar di negara kita tersebut. Jarak antar terminal di Bandara Soetta memang relatif jauh, apalagi sejak adanya terminal 3. 

Tepat sekali bila kalayang dihadirkan sebagai fasilitas yang dapat dinikmati secara gratis, sebagaimana juga yang tersedia di bandara-bandara besar di luar negeri. Sebelumnya hanya tersedia shuttle bus untuk pergerakan antar terminal.

Stasiun Terminal 1 masih sepi (dok pri)
Stasiun Terminal 1 masih sepi (dok pri)
Kebetulan saya hari Senin (11/12) siang baru saja mendarat di terminal 1C bandara Soetta, setelah terbang dari Surabaya. Seingat saya telah banyak informasi melalui media sosial bahwa kereta api dari bandara Soetta telah beroperasi dengan tujuan Stasiun Sudirman Baru di Jakarta Pusat dan sebaliknya. Bahkan dari info yang bersliweran dimaksud, disebutkan bahwa selama bulan Desember ini berlaku tarif promosi sebesar Rp 30.000 per orang dan mulai tahun depan berlaku tarif normal Rp 100.000 per orang.

Maka mumpung masih harga promosi, saya ingin sekali menikmatinya. Nanti dari stasiun Sudirman saya tinggal naik taksi ke rumah di Tebet, Jakarta Selatan, karena sudah tidak begitu jauh. Saya sudah membayangkan akan menikmati sensasi naik kereta api dari Bandara Soetta.

Lalu saya celingak-celinguk mencari petunjuk, dan diarahkan petugas menyeberang jalan menuju stasiun kereta di terminal 1, yang berlokasi di dekat area parkir terminal 1B. Agak kaget saya karena di stasiun yang megah itu suasananya sepi-sepi saja. Ternyata informasi tentang kereta api bandara dari dan ke Jakarta, tidak benar adanya. Saat ini masih diuji coba sambil melakukan pemadatan di jalur yang dilalui, kata salah seorang petugas di stasiun tersebut.

Track kalayang dari terminal 2 ke terminal 3 (dok pri)
Track kalayang dari terminal 2 ke terminal 3 (dok pri)
Pelajaran yang dapat dipetik dari bertebarannya informasi di media sosial adalah perlunya kita melakukan check and recheck. Setelah saya googling memang yang muncul hanya berita peresmian pemakaian skytrain antar terminal di akhir bulan September yang lalu oleh Menteri BUMN. Tapi terlepas dari itu, adakalanya di negara kita ada yang tidak sinkron antara peresmian suatu proyek dengan penggunannya oleh publik.

Peresmian sangat tergantung dengan tersedianya waktu pejabat yang diminta untuk menggunting pita, memukul gong, menekan tombol, atau cara lain yang lazim sebagai penanda dimulainya sesuatu. Makanya ada proyek yang telah diresmikan, tapi penggunaannya ditunda beberapa waktu kemudian karena alasan teknis yang belum memungkinkan. Atau bisa pula diam-diam telah dioperasikan, namun peresmiannya belakangan.

Karena telah terlanjur berada di stasiun, dan saya punya waktu yang longgar, saya putuskan untuk menjajal kalayang menuju stasiun terminal 3, untuk nantinya saya mencari bus yang rutenya ke Cililitan, rute yang paling dekat ke rumah saya.  Biasanya bus rute ke Cililitan ini bisa menurunkan penumpang di halte bus Cawang, yang "selemparan batu" dari rumah saya.

Stasiun kalayang terminal 3, lebih luas dibanding terminal 1 dan 2 (dok pri)
Stasiun kalayang terminal 3, lebih luas dibanding terminal 1 dan 2 (dok pri)
Tentang bangunan stasiun, kesan pertama saya, stasiun ini cukup nyaman dan representatif. Ada tangga berjalan buat naik ke tempat pemberhentian kalayang. Petunjuk informasi kedatangan dan keberangkatan kalayang terpampang dengan jelas.

Jadwal kalayang diatur setiap tiga puluh menit. Awalnya saya pikir interval jadwal ini terlalu lama. Karena seingat saya di bandara Singapura atau Kuala Lumpur, mungkin hanya sekitar setiap 10 atau 15 menit. Tapi begitu saya melihat animo publik yang masih sedikit, rasanya wajar-wajar saja dengan jadwal tersebut. Sayang kan kereta yang mewah dengan jok empuk berwarna biru itu, lebih banyak yang kosong ketimbang diduduki.

Bahkan waktu saya menjajal kalayang kemaren, saya leluasa berpindah gerbong dan melihat bagaimana jurumudinya mengendalikan laju kalayang. Hanya ada dua gerbong setiap kali pemberangkatan, dan yang betul-betul penumpang yang ikut bersama saya  paling banyak hanya sejumlah jari tangan saya saja. Yang lain adalah petugas yang terlihat dari seragam yang dipakainya dan tidak membawa koper sebagaimana penumpang "asli" seperti saya.

Pemandangan dari jendela kalayang sebelum masuk terminal 3 (dok pri)
Pemandangan dari jendela kalayang sebelum masuk terminal 3 (dok pri)
O ya, mungkin agak luput dari pengamatan saya, sepertinya di kalayang tidak ada tempat khusus untuk barang. Jika nanti pengguna kalayang sudah banyak, barangkali akan menghadapi kesulitan bila membawa barang yang banyak. Tapi apakah memang akan banyak pengguna kalayang nantinya? Ini yang susah ditebak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun