Kampus universitas negeri yang ada di setiap ibukota provinsi, rata-rata tergolong universitas besar yang memiliki mahasiswa paling tidak belasan ribu orang. Mungkin karena itu, kampus universitas negeri membutuhkan lahan yang luas. Karena di dalam kota sudah sulit mencari lahan yang tepat untuk pembangunan kampus, maka sekarang banyak universitas besar yang letaknya relatif jauh dari pusat kota.Â
Ambil contoh Universitas Indonesia (UI), yang awalnya adalah universitas negeri yang berkampus di Jakarta. Tapi karena sekarang kampusnya berada di Depok, Provinsi Jawa Barat, maka sebutannya sudah berganti dari UI Jakarta menjadi UI Depok.Â
Demikian pula Universitas Padjadjaran (Unpad), yang dulunya berkampus di Bandung, sekarang sudah memiliki kampus terpadu di Jatinangor, Sumedang. Tapi, masyarakat masih banyak yang menyebutnya sebagai Unpad Bandung, padahal yang tepat adalah Unpad Jatinangor Sumedang. Soalnya, Bandung dan Sumedang adalah daerah otonom kabupaten / kota yang berbeda.
Maka bagi mereka yang sebelum tahun 2010 pernah ke Jatinangor, tentu mengatahui betapa daerah di kaki gunung yang dulu hanyalah berupa hamparan kebun, sekarang sudah menjadi sebuah kota, lebih tepatnya adalah "kota mahasiswa". Mayoritas penghuni kota ini adalah mahasiswa, staf pengajar, dan pegawai kampus.Â
Mahasiswa Unpad saja tercatat sekitar 30.000 orang. Meskipun banyak mahasiswa yang orang asli Bandung, tapi karena jarak antara Bandung dan Jatinangor lebih kurang 30 km, banyak anak Bandung yang memilih kos dekat kampus. Tentu tidak sedikit pula mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Barat juga kos di sana. Boleh dikatakan dari semua provinsi ada wakilnya yang menuntut ilmu di Unpad
Unpad yang dulunya punya kampus yang tersebar di beberapa lokasi di Bandung, pindah secara bertahap sejak tahun 1983 ke Jatinangor. Baru pada tahun 2012 gedung rektorat menempati kampus baru dan hampir semua kegiatan perkuliahan telah dilalukan di Jatinangor. Di samping itu, di Jatinangor juga ada kampus Ikopin (Institut Koperasi Indonesia), IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) dan sebagian program studi di ITB (Institut Teknologi Bandung).
Rupanya Jatinangor memang disiapkan sebagai kota satelit khusus untuk universitas dan merupakan bagian dari konsep pembangunan "Bandung Raya". Lahannya yang turun-naik, diratakan agar layak menjadi kampus. Unpad saja sudah memakai lahan lebih kurang 175 ha.
Perkembangan Jatinangor semakin pesat setelah jalan tol Padaleunyi selesai dibangun, karena ujung jalan tol berada di Cileunyi yang berbatasan dengan gerbang masuk Jatinangor. Jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di sana semakin banyak, sehingga di jam-jam tertentu mengalami kemacetan. Â
Bisnis lain adalah rumah makan, kafe tempat nongkrong dengan fasilitas wifi dan menyediakan makanan kegemaran anak muda. Warnet, kios fotokopi, percetakan dan penjilidan, juga ramai. Tentu juga ada salon, pusat kebugaran, kios telpon genggam beserta asesorisnya, usaha laundry kiloan, dan sebagainya.
Mal tersebut juga menyatu dengan salah satu apartemen yang ada di Jatinangor. Masih ada beberapa apartemen lain, yang semuanya merupakan gedung jangkung, sehingga keberadaannya cukup mencolok. Hotel yang layak pun sudah ada di Jatinangor, barangkali yang disasarnya adalah orang tua mahasiswa yang lagi berkunjung ke sana.
Kehadiran berbagai bangunan sudah pasti membuat lahan pertanian di Jatinangor jadi berkurang. Untuk itu, kampus-kampus yang ada di sana dituntut untuk aktif mengahdirkan kampus yang hijau, agar bisa mengkompensasi berkurangnya lahan pertanian. Permohonan izin untuk mendirikan apartemen, ruko, mal, hotel, dan sebagainya, sebaiknya dibolehkan setelah mempertimbangkan secara matang dampak pada aspek lingkungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H