Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Produk Malaysia Banjiri Jakarta?

20 Juni 2016   03:13 Diperbarui: 20 Juni 2016   16:12 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Malaysia - Dokumentasi pribadi

Saat pertandingan sepak bola demikian banyak tersaji di layar kaca, saya terpengaruh iklan yang menyebutkan jangan nonton bola tanpa cemilan alias makanan kecil, khususnya untuk siaran langsung di malam hari, karena siangnya berpuasa.

Jadilah saya semakin sering belanja di mini market tidak jauh dari rumah. Saya main borong saja melihat merk baru yang kemasannya menarik. Pas saya membuka atau menyobek pembungkus snack tersebut, barulah saya sadar separoh dari yang saya beli adalah produk negara jiran, Malaysia (lihat foto).

Ya rupanya inilah yang diributkan koran tentang MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean yang membebaskan arus barang dan jasa antar negara Asean. Dulu, barang seperti itu hanya saya temui di daerah perbatasan seperti di Batam, Dumai atau di Sanggau, Kalbar. Sekarang sudah membanjiri Jakarta.

Apapun juga konsekuensi di atas harus kita hadapi. Konsumen diuntungkan karena semakin banyak pilihan. Kita tidak boleh manja. Toh setelah saya mengunyah makanan Malaysia sama saja, tidak lebih enak dari makanan sejenis yang dibuat di kota kecil seperti Ungaran atau Pematang Siantar.

Tentunya kita juga harus mampu membanjiri pasar negara tetangga. Meski tetap saja sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asean, terlihat tidak adil. Bila Malaysia menguasai pasar Indonesia, maka itu bisa meningkatkan omzetnya berkali lipat. Sementara kalau produk Indonesia menguasai Malaysia, paling banter hanya meningkatkan omzet sekitar 10 persen, karena kapasitas Malaysia hanya setara Sumut digabung dengan Aceh, Sumbar dan Riau, yakni berpenduduk sekitar 22 juta jiwa.

Meski saya menuliskan bahwa produk Malaysia tersebut di atas rasanya biasa-biasa saja,  produsen barang sejenis di Indonesia perlu waspada. Mereka telah membuktikan kesuksesannya mencuri hati masyarakat Batam dan Dumai. Di sana kalau kita bertamu ke rumah-rumah, biasanya disuguhi biskuit dan minuman dalam kotak / kaleng asal Malaysia. Bahkan perantau Minang di Batam dan Dumai dengan bangga membawa barang tersebut ke kampungnya sebagai oleh-oleh. 

Bagi konsumen kita, perlu pula ditanamkan rasa mencintai produk Indonesia seperti yang diperlihatkan orang Korea dan Jepang. Tentu kalau industri makanan dan minuman kita bangkrut, dampak sosialnya begitu besar, terutama dari jumlah tenaga kerja yang akan terkena PHK.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun