Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Pulau Merah, Apanya yang Merah?

3 April 2016   12:27 Diperbarui: 3 April 2016   12:40 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyuwangi sedang menggeliat pariwisatanya, dan ikon utamanya adalah Pantai Pulau Merah. Sang Bupati, Abdullah Azwar Anas terbilang sukses membangun daerahnya, termasuk mengangkat citra pariwisata. Bandara Blimbingsari setiap hari didarati pesawat dari Surabaya, makin memudahkan wisatawan untuk menjangkaunya. Atau dari Denpasar Bali memakan waktu 90 menit jalan darat plus menyebrang dengan ferry sekitar 1 jam, tapi juga tergantung jadwal dan antrian mobil masuk ferry.

Tentang Pantai Pulau Merah (PPM), memang menghadirkan pemandangan yang mempesona, apalagi dengan pulau-pulau kecil tak jauh dari pantai. Pasir yang luas dan relatif bersih dari sampah, menjadi credit point tersendiri, mengingat di banyak objek wisata pantai di tanah air, masalah sampah berupa kemasan makanan dan minuman jadi masalah besar.

PPM ternyata banyak diminati bule seperti di Bali. Memang fasilitas untuk surfing, berjemur, dan aktifitas lain yang disenangi wisatawan mancanegara tersedia dengan mutu yang memadai. Homestay dan hotel juga mulai banyak baik di kota Banyuwangi maupun di sekitar PPM.

Satu lagi yang saya salut dengan PPM adalah ketertibannya. Jangan takut dengan tukang palak, di sana tidak ada. Hanya membayar yang resmi saja Rp 5.000 per kepala plus Rp 5.000 untuk parkir tanpa jam-jaman.Tempat parkir luas.Tukang foto atau perahu atau penjual batu cincin menawarkan barang dengan sopan dan tidak memaksa.

Kritik saya adalah petunjuk arah jalan yang hilang-hilang timbul. Sebaiknya dari pusat kota Banyuwangi sudah ada petunjuknya dan disetiap persimpangan dimunculkan lagi. Memang dari GPS bisa dicari, tapi akan lebih praktis bila papan petunjuknya lengkap.

Yang bikin saya penasaran, bahkan sampai saya meninggalkan lokasi, adalah tentang asal usul kenapa disebut PPM. Apanya yang merah? Informasi yang saya dapat ada beberapa versi.

Ada yang bilang karena pengaruh sinar mentari sore yang tepat di atas bukit di seberang pantai lalu memantul ke pasir yang lebar memanjang. Menurut mata saya pasirnya lebih berwarna coklat saat tertimpa bias sinar mentari. Versi lain adalah tanah di sebuah pulau di seberang pantai di beberapa tempat seperti terkelupas, dan dari pantai terlihat seperti merah.

Tapi sebaiknya cara menikmati PPM adalah dengan memuaskan mata tanpa mencari-cari mana sih yang merah.

[caption caption="Dok pribadi"][/caption]

[caption caption="Dok pribadi."]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun