Alhamdulillah saya punya ritme biologis yang cenderung sama setiap hari. Contoh, untuk buang air besar (selanjutnya saya tulis BAB), hampir selalu terjadi di pagi hari, sebelum sarapan pagi. Artinya saya melakukan aktivitas "suci" ini di rumah, bukan di kantor. Inilah yang sangat saya syukuri. BAB di kantor menurut saya agak menyiksa.
Mungkin konfigurasi toilet kantor di gedung-gedung tinggi di Jakarta kurang lebih sama. Setiap lantai punya satu toilet untuk laki-laki, satu toilet untuk wanita, dan satu toilet untuk eksekutif. Khusus untuk eksekutif, kondisinya relatif nyaman, karena dibatasi bagi pejabat di lantai tersebut.
Untuk toilet umum, di samping untuk seluruh karyawan di lantai tersebut, juga untuk tamu. Yang untuk laki-laki terdiri dari 3 atau 4 tempat buang air kecil dan 2 atau 3 tempat BAB. Untuk buang air kecil relatif bersih. Nah untuk BAB bila masih pagi hari, sehabis dibersihkan cleaning service juga relatif bersih. Tapi kalau setelah jam makan siang, mulai terlihat jorok.
Saya tidak begitu tahu kondisi di toilet perempuan. Tapi di toilet laki-laki kurang lebih begitu. Banyak tingkah karyawan yang rada mengesalkan saat BAB. Kalau sambil bersiul, menyanyi, main hp, nelpon, atau baca koran, sih gak papa. Tapi kalau sudah ngerokok, membuang tissue masuk ke saluran air, air berceceran di lantai dan di tempat dudukan BAB, ini sudah sangat tidak enak buat pemakai berikutnya. Bahkan ada di tempat saya, teman yang biasa jongkok di atas tempat yang harusnya buat posisi duduk. Soalnya kakinya gak kelihatan dari luar, dan setelah ia keluar, ada jejak telapak kaki di tempat di tempat dudukan.
Untuk merokok sekarang sudah semakin berkurang karena memang dilarang. Para ahli hisap dipersilakan ke taman di luar gedung bila sudah gak tahan. Petugas kebersihan sebetulnya ada. Tapi jangan bayangkan seperti petugas di hotel bintang lima yang selalu membersihkan toilet dalam interval waktu yang pendek.
O ya, kalau semua tempat BAB lagi terisi dan ada new comer yang kebelet, tentu sangat menyebalkan bila si pengguna berlama-lama di kotak rahasia itu. Ada lho teman saya yang tertidur saat BAB. Soalnya dengkurnya terdengar keras.Â
Tapi yang tragis yang pernah saya tahu, ada seorang teman yang sudah 2 jam di tempat BAB, masih belum keluar juga. Akhirnya ada yang penasaran melakukan pengintipan. Tidak tahunya yang bersangkutan sudah terjatuh, kayaknya pingsan. Pintu toilet dibuka paksa, dan yang bersangkutan dibawa ke rumah sakit. Namun masih dalam perjalanan, innalillahi wa inna ilaihi ra'jiun, teman tersebut berpulang.
Kembali ke awal tulisan ini, saya bersyukur dengan ritme biologis saya. Tentu anda sudah tahu alasannya dengan uraian di atas. Mohon maaf bagi pembaca yang kurang nyaman dengan tulisan saya kali ini yang "jorok".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H