Di libur panjang ini, Â bila anda warga ibukota yang tidak ingin bermacet-macet ke luar kota, dan hanya ingin berkelana dari mal ke mal, tidak ada salahnya melirik film yang lagi diputar. Salah satu film yang saya sarankan adalah yang berjudul: Bulan Terbelah di Langit Amerika.
Film yang diangkat dari novel best seller berjudul sama ini, yang merupakan buah karya Hanum Salsabiela Rais (putri dari politikus Amien Rais) dan Rangga Almahendra (suami Hanum), disutradari secara apik oleh Rizal Mantovani. Novelnya sendiri diterbitkan oleh Gramedia dan belum satu bulan sudah dicetak ulang.
Suasana Amerika tidak sekadar tempelan gambar-gambar indah seperti beberapa film kita yang mengambil latar belakang lagi bertamasya di luar negeri. Amerika hadir dengan nilai-nilai yang dianut masyarakatnya, dan nilai-nilai itu terkoyak oleh ulah teroris yang seolah-olah berdalih perjuangan agama. Â
Karena hampir semua dialog dalam bahasa Inggris dan banyak pemain bule yang bukan sekadar numpang lewat, maka rasa Hollywood-nya lumayan dapat. Salah seorang diantaranya adalah aktor Hans de Krekker yang memaikan sosok Philipus Brown.
Adalah Ibrahim Hussein, seorang muslim yang menyelamatkan nyawa milyuner Philipus Brown dalam tragedi 11 September 2001. Usai tragedi tersebut, Philipus Brown yang tadinya pengusaha sukses yang menghalalkan segala cara, berubah menjadi dermawan. Dia banyak berbagi pada anak-anak korban perang di Suriah.
Kemudian ada tokoh Rangga yang diperankan Abimana Aryasatya, ditugasi oleh Profesornya untuk mewawancara seorang milyuner dan philantropi Philipus Brown  tersebut untuk melengkapi persyaratan S3 nya. Brown adakah sosok misterius, dan sulit dihubungi pihak luar.
Istri Rangga, Hanum (Acha Septriasa), juga mendapat tugas dari majalah tempatnya bekerja sebagai wartawan, untuk mewawancarai korban 11 September. Targetnya adalah Azima, istri dari Ibrahim Hussein yang meninggal karena menyelamatkan korban 11 September. Azima dan seorang anak gadisnya juga tidak mau diwawancara media karena trauma. Â Liku-liku suami istri dalam mencari narasumbernya itulah yang cukup menegangkan penonton.
Pada akhirnya semua kisah berujung pada pesan moral agar antar agama, antar ras janganlah saling mencurigai, hanya karena perbedaan tersebut. Justru harus saling bahu membahu melawan teroris yang memakai tameng agama, padahal ajaran agama manapun adalah membawa pesan perdamaian dan toleransi.
Tepat sekali film tersebut diputar dalam suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, dan sekaligus juga dalam suasana perayaan Natal. Ceritanya memang bersetting di New York, tapi relevan juga buat kita di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H