Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tetap Menikah Meski Pasangan Kena Kanker Stadium 3

5 Juni 2014   18:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:12 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu staf di kantor tempat saya bekerja, sebut saja namanya Hamzah, akhir-akhir ini sering minta izin meninggalkan kantor. Awalnya, teman-teman merasa gak ada yang aneh, maklum sebagai penganten baru tentu Hamzah banyak "acara" bersama istrinya. Tapi, ketika penampilannya di kantor semakin kuyu, seperti menyimpan beban, akhirnya saya bertanya ada apa gerangan kok sering gak ngantor? Dengan pelan Hamzah menjawab bahwa ia harus mendampingi istrinya yang terkena kanker payudara stadium 3.

O begitu. Pantesan sewaktu saya dan teman-teman lain menghadiri resepsi pernikahan Hamzah melihat ada sesuatu yang kurang lazim. Saat itu tidak ada pelaminan. Hamzah dan istri hanya menerima ucapan selamat di depan dengan cara santai, non-formal, seperti hanya menyalami orang yang berulangtahun. Tadinya saya mengira, Hamzah penganut aliran Islam tertentu yang fanatik tidak menerapkan acara-acara yang dinilai mubazir. Ternyata ada hubungan dengan kondisi istrinya yang tidak sehat.

Dari penuturan orang tua Hamzah yang sempat saya temui, terungkaplah bahwa sebetulnya Hamzah sudah disarankan orangtuanya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya tetap menikahi pacarnya yang sudah divonis kena kanker. Bahkan dari pihak pacarnya pun, menurut penuturan orangtua Hamzah, sudah "ikhlas" kalau hubungan mereka tidak berlanjut ke jenjang pernikahan. Tapi Hamzah dengan segenap rasa cinta dan tanggungjawabnya, memilih untuk setia, dengan segala konsekuensinya.

Kisah Hamzah bertolak belakang dengan pengalaman Wandi, masih orang kantor yang sama, cuma jauh lebih senior. Sekitar 20 tahun lalu rencana Wandi menikahi pacarnya urung terwujud karena orang tua si cewek tidak bisa menerima kondisi Wandi yang ternyata mengidap Hepatitis C. Wandi dan sang pacar sebetulnya sudah bertindak rasional, karena langsung mencari berbagai referensi terkait penanganan penyakit ini. Kelihatannya, sepanjang Wandi rajin kontrol, penyakit tersebut bisa dikendalikan dan menurut dokter tidak jadi penghalang untuk menikah. Tapi begitulah, dengan dalih demi keturunan, orangtua sang pacar minta hubungan diputuskan secara baik-baik. Wandi tidak kecewa, karena memang ingin menikah dengan wanita yang mau menerima ia apa adanya, tanpa menutup-nutupi informasi tentang penyakitnya. Alhamdulillah Wandi menemukan pasangan yang setia. Sampai hari ini Wandi tetap sehat, bahkan dengan karir yang lumayan baik.

Punya calon istri/suami pengidap penyakit berat memang mendatangkan dilema. Terus atau tidak tentu masing-masing ada konsekuensinya. Yang jelas, setiap pasangan sebaiknya jujur mengungkapkan kondisi kesehatannya. Bagi yang merasa baik-baik saja, perlu bersama-sama check-up sebelum memutuskan jadi atau tidak jadi menikah. Jangan sampai salah satu pihak merasa tertipu. Jodoh memang rahasia yang di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun