Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teori Membunuh Kodok: Kritik Ahok Terhadap Jokowi

26 Agustus 2014   19:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik mencermati bahwa hubungan "panas" rivalitas Prabowo - Jokowi, tidak menular ke hubungan Jokowi - Ahok, meski Ahok berada di kubu Prabowo. Dari wawancara majalah Tempo edisi 25-31 Agustus 2014, terkesan hubungan Jokowi - Ahok terpelihara dengan baik. Tempo menjuluki Ahok sebagai pejabat yang paling ajaib gaya bicaranya, blak-blakan, sangat pede, dan berani menantang taruhan lawan debatnya : "Lu berani taruhan berapa sama gue?"

Ada satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari wawancara eksklusif Ahok tersebut, yakni kritiknya terhadap Jokowi. Jokowi dinilai lambat dalam mengambil keputusan, tidak begitu tepat waktu. Sebagai contoh dalam memindahkan pegawai yang bermasalah, Jokowi punya strategi berdasarkan feeling-nya yang sering berarti "jangan dulu" atau "sebentar". Ahok menyebut Jokowi menerapkan teori membunuh kodok. Jokowi melempar kodoknya ke air dingin, yang membuat kodok itu berenang dan diam. Lalu kompor dipanaskan pelan-pelan. Jadi, sampai mati kodok itu tidak akan loncat karena tidak merasa dibunuh. Kalau gue, kata Ahok, gak usah lempar kodoknya, langsung gue tembak aja. Selesai. Ahok menilai ketidakberanian Jokowi menegur langsung anakbuahnya ada kaitannya dengan latar belakang budaya Jawa.

Ahok tentu punya hak menyampaikan pendapat pribadinya. Jokowi tidak perlu berkecil hati membaca kritik tersebut, karena kritik diperlukan sebagai pertimbangan untuk melakukan koreksi diri. Ya, hanya sebagai pertimbangan. Kalau sudah ditimbang-timbang Jokowi merasa tetap lebih "pas" pakai gayanya selama ini, maka tidak perlu merubah gaya tersebut. Bisa jadi, justru karena gaya tersebutlah Jokowi menuai sukses. Ingat, waktu beliau berhasil melokalisir pedagang kaki lima di kota Solo, proses untuk mendapat kesepakatan dari para pedagang memang membutuhkan waktu lama. Kita doakan saja, Jokowi sukses menakhodai Indonesia, dan Ahok sukses menakhodai ibukota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun