Mohon tunggu...
Irwan Lalegit
Irwan Lalegit Mohon Tunggu... Konsultan - Nama Lengkap Saya: Irwan Gustaf Lalegit

ADVOKAT, Alumni Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan! Merawat Api Sumikolah dari Laksdya TNI Desi Albert Mamahit

3 Maret 2018   20:48 Diperbarui: 3 Maret 2018   21:17 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat acara pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Generasi Penerus Pejuang Merah Putih 14 Februari 1946 (DPP GPPMP) periode 2015-2020, hari Sabtu (18/4/2015) silam di Aula Gedung Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) Kemayoran, Jakarta Pusat, mantan Rektor Universitas Pertahanan (UNHAN) Laksamana Madya TNI Dr Desi Albert Mamahit, MSc, menggugah lagi semangat berjuang kita sebagai generasi muda Sulawesi Utara (Sulut) saat ini.

Diberi kesempatan menyampaikan sambutan, sosok perwira tinggi TNI Angkatan Laut dengan pembawaan tenang dan rendah hati itu angkat bicara tentang perlunya merawat Api "SUMIKOLAH" yang mulai meredut di kalangan generasi muda Sulut.

Waktu itu, Pak Desi Albert menyentil sejarah peran penting para tokoh-tokoh dari Sulawesi Utara di jaman sebelum Indonesia merdeka dan tiga dekade setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Beliau menyitir lagi mereka yang pernah berjasa bagi bangsa, negara dan daerah, dan tentu telah dicatat oleh tinta emas sejarah perjuangan Indonesia, seraya meminta kepada kita semua untuk terus mewarisi jiwa, semangat dan nilai-nilai (JSN) kejuangan dan tradisi intelektual dari para pejuang pemikir-pemikir pejuang dari Sulut di masa lalu itu.

Mantan Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Republik Indonesia itu juga kembali mengingatkan kita bahwa nilai-nilai tradisi semangat "Sumikolah" (bahasa Minahasa) atau "Kembali Bersekolah", sebagai harta tak ternilai dari para tetua orang Minahasa, untuk terus dijaga dari generasi ke generasi. Kita semua diajak untuk menghidupkan kembali gairah belajar, memantik nyala budaya pembelajar masyarakat Sulut (Bolaang-Mongondow, Sangihe, Talaud, Siau, Tagulandang, Biaro, dan Minahasa)--terutama generasi mudanya, menjadi "Api Semangat Sumikolah".

Tentu saja perwira bintang tiga itu punya keinginan yang sangat besar agar setiap generasi muda Sulut, kembali terlibat, berperan aktif bagi negara dan bangsa Indonesia, dan agar kedepan terus mengambil posisi penting dalam prospek cerah masa depan bangsa dan negara Indonesia.

Bagi saya, pesan dari perwira tinggi bintang tiga di TNI Angkatan Laut yang memiliki sederet prestasi dan penghargaan saat memberikan sambutan di acara pengukuhan itu, sesungguhnya memberikan motivasi segar kepada kita generasi muda Sulut untuk mau giat belajar dan terus-menerus belajar, mengukir prestasi, menunaikan cita-cita, mewujudkan impian sebagai generasi gemilang.

Saya kira, ini hadiah inspirasi yang masih sangat aktual dibincangkan, kontekstual dengan pergulatan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini, dan strategis sebagai gagasan masa depan, serta mengena sebagai 'provokasi positif' masa kini untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia Sulut dengan kembali menjunjung setinggi-tingginya JSN "Baku Beking Pande", karena dengan "Baku beking pande" diharapkan generasinya nanti menuju masyarakat yang maju dan terpelajar, untuk menggapai cita-cita menjadi manusia yang berilmu tinggi demi membangkitkan kembali jati diri orang Sulut.

Hal ini sebagaimana dahulu telah dilakukan oleh para tokoh-tokoh dari Sulut yang kita kenal sebagai manusia-manusia di panggung Sumikolah Indonesia, yang jauh sebelum program-program seperti Indonesia Mengajar, Sarjana Mengajar, Sarjana Membangun Desa itu dilakukan oleh pemerintah dan tokoh pendidikan saat ini.

Meski setiap generasi memiliki tantangan jamannya, namun 'api membara' dari JSN "Baku Beking Pande" Sumikolah memang harus tetap dikipasi, dijaga, dilestarikan "dirawat" ke setiap lintasan generasi ke generasi, sehingga sedapat mungkin para tokoh-tokoh masyarakat Sulut yang saat ini menduduki jabatan atau posisi penting di republik ini harus urunan, turun (terlibat aktif), membimbing, dan terus meyakini bahwa betapa pentingnya sekolah-sekolah dan kampus-kampus di Sulut didukung sebagai "kawah candradimuka" bagi para calon kader-kader pejuang pemikir-pemikir pejuang Sulut di masa depan. Tokoh-tokoh seperti para pemberi sambutan di acara pengukuhan pengurus DPP GPPMP waktu itu harus terus berperan menjadi penyantun bagi sekolah-sekolah, kampus-kampus di Sulut.

Kepada mereka yang masih calon kader penerus gelombang pemikir dan pejuang, diwajibkan lulus sekolah menengah atas atau sederajatnya, dan didorong untuk menjadi jebolan perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri, baik S1, S2 maupun S3, kemudian berperan aktif dalam dinamika pemerintahan, politik, militer, ekonomi dalam wujud investasi swasta, wiraswasta atau usaha kreatif atau kerja-kerja strategis di seluruh wilayah NKRI atau bidang-bidang keahlian dan profesi, olahraga, seni dan sebagainya.

Ini sejatinya untuk menjaga agar jangan sampai di kemudian hari generasi Sulut dikenal sebagai generasi yang kurang memiliki kemampuan untuk bersaing dan berkontribusi dalam berbagai bidang secara nasional di Indonesia terutama di era globalisasi yang tanpa sekat-sekat (batas) bernegara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun