BADAK! mendengar nama mamalia besar terlangka di dunia ini atau membaca artikel dan melihat foto-fotonya di media massa, tentu dibenak kita akan membayangkan seperti apa kehidupan hewan unik berkulit tebal dan memiliki satu atau dua cula (tanduk yang tumbuh pada hidung atau moncong) pada bagian tengah dahinya itu.
Ya, keunikan Badak yang disebut-sebut sebagai satwa liar dari zaman purba yang masih bertahan hidup di zaman modern ini menarik minat banyak kalangan untuk terus menyelamatkannya.
Tak terkecuali bagi Indonesia yang tercatat memiliki dua spesies Badak yakni Badak Jawa dan Badak Sumatera, pemerintah dan ratusan organisasi/lembaga/badan/instansi peneliti dan peduli fauna serta ribuan aktivis penyelamat satwa rela urunan untuk menyelamatkan mereka (badak) agar tak punah di tiga habitatnya: Taman Nasional Ujung Kulon, bagi Badak Jawa dan pulau Sumatera serta Kalimantan, untuk Badak Sumatera.
Bahkan karena statusnya yang sangat terancam punah akibat perburuan yang massif, Badak Jawa sudah dalam status dilindungi sejak masa pemerintahan kolonial Belanda (tahun 1931).
Pada 22 September (2016) lalu, mereka (para aktivis penyelamat satwa dan organisasi peneliti dan peduli fauna itu) menggelar peringatan Hari Badak Sedunia 2016 dengan mengadakan “Festival Konservasi Ujung Kulon” di desa Taman Jaya, kecamatan Sumur, kabupaten Pandeglang, Banten.
Ujung Kulon sendiri, kini sebagai satu-satunya kawasan hutan untuk habitat Badak Jawa, sejak 26 Februari 1992 telah ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor 284/Kpts-II/1992. Penetapan status Taman Nasional ini seiiring penetapan kawasan hutan tropis ini sebagai “The World Heritage Site” oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO, atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) dengan surat keputusan nomor SC/Eco/5867.2.409 tahun 1992.
Tentu saja, berbagai pelabelan status, baik untuk Ujung Kulon dan bagi Badak Jawa dan Sumatera tersebut, bertujuan agar populasi Badak di Indonesia dapat berkembang biak dengan baik. Meski begitu, kita tidak boleh hanya berhenti pada simbolisasi status saja, sebab kenyataannya, realitas populasi dan habitat Badak Jawa yang kian menurun dan juga Badak Sumatera yang saat ini masih dapat ditemui di Aceh dan Kalimantan Timur, terus terancam.
Perkembangan populasi
Badak Jawa (nama latinnya: Rhinoceros Sondaicus) yang unik karena sebagai satu-satunya badak bercula satu di dunia, oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources atau IUCN (sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam dan didirikan pada 1948), di kategorikan sebagai satwa yang “sangat terancam punah” (critically endangered species).
Kategori ini diumumkan IUCN pasca kematian satu-satunya individu Badak Jawa yang hidup di belantara Vietnam tahun 2011. Ia tewas akibat perburuan gadingnya.
Kini, atas pengumuman IUCN ini, resmilah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menjadi satu-satunya “benteng kehidupan” atau habitat satu-satunya bagi kehidupan mamalia yang sangat langka ini.