Hukum Pareto lebih dikenal dengan angka 80/20. Artinya, dalam pilihan apa pun, 80% hasil pilihan kita akan membuahkan hasil akhir 20%. Sebaliknya, yang 20% sisa pilihan kita akan membuahkan hasil akhir 80%. Begitukah yang berlaku pada hasil Pilpres 2014 ini? Jika demikian adanya, apa yang telah terjadi akhir-akhir ini: kampanye (putih dan hitam), pro-kontra kehadiran dua sosok capres dan cawapres, dan lain-dan lain lagi yang hampir merong-rong adab dan tata krama berbangsa ini adalah kinerja yang jungkir balik. Jika pasangan capres-cawapres menginginkan kemenangan mutlak, misalkan mendapat suara rakyat 80%, akankah jadi benar justru menghasilkan kinerja 20% saja dari apa yang dicita-citakan bangsa ini ke depan? Jika ternyata benar kata Pareto dengan analogi bahwa capres-cawapres yang kalah karena hanya didukung 20% suara itulah yang akan menyejahterakan bangsa ini karena akan mengwujudkan 80% cita-cita bangsa ini, mengapa bukan yang kalah nanti saja kita sepakati menjadi presiden dan wakil presiden periode lima tahun yang akan datang?
Saudara-saudara pembaca yang budiman. Saya berkesimpulan, kita tidak perlu mendukung cares-cawapres nanti hingga menang mutlak. Artinya, biarlah 51% dan 49% karena di situlah wujud optimal cita-cita kita yang akan tercapai nantinya. Lalu, kita tidak perlu "bunuh-bunuhan" karena menginginkan capres-cawapres pilihan kita menang. Mengapa? Apa pun yang terjadi, kita tidak akan setuju Hukum Pareto kita terapkan dalam Pilpres kali ini. Mungkin kelak, ketika kica ciptakan undang-undang berkebalikan: capres-cawapres yang didukung rakyat dengan suara 20% (tidak terpilih) itulah yang menjadi presiden dan wakil presiden. Lalu, siapa pun yang terpilih nanti, percayalah, itu pilihan Tuhan. Tuhan tidak akan mengutus seseorang meminpin umatnya yang besar ini ke neraka. Tuhan mau kalau kita semua masuk surga, tujuan akhir hidup kita bersama. Kalau Saudara-saudara tidak mau masuk surga, pilihlah iblis itu jadi presiden Saudara, tapi tidak nomor urut 1 dan 2! Tulisan saya membingungkan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H