Mohon tunggu...
Irwan Irwansyah.B.L
Irwan Irwansyah.B.L Mohon Tunggu... -

suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Cinta dan Kerinduan

6 Juni 2014   17:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

IBU, CINTA DAN KERINDUAN

Cinta adalah kisah nyata yang hampir semua manusia merasakannya. Mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa orang tua. Begitulah realita kehidupan sekarang yang kini dirasakan oleh penulis. Bersama kehidupan ini,membuat kita sadar akan arti sebuah ketulusan dalam kehidupan sang cinta. Mengingat masa yang harus dilalui, dalam perjalananan hidup tersimpan sejuta alunan peristiwa yang mengantarkan kita menuju puing-puing dalam goresan peristiwa yang membuat penulis terinspirasi untuk menulis sebuah kehidupan silam menjadi anggapan peristiwa nyata.Perjalanan panjang yang mengalun dalam kehidupan ini, sudah terasa sejak aku menginjak bangku pendidikan. Sejak kecil, aku sudah merasakan perpisahan dengan orang-orang ter cinta . menempuh pendidikan kejenjangyang lebih tinggi membuat aku harus merantau di negeri orang. Perpisahan ini membuat segalanya hening dalam rumah yang di kerumuni orang- orang tercinta. Keberangkatan aku menuju ambang pintu perantauan diiringi doa dan dan air mata dari keluarga. Satu pesan yang membuat aku tegar dalam melangkahketika ibuku mengatakan “ nak, kembalilah dalam peluk ibu saat engkau pulang bersama cita- citamu”. Pesan ini terlintas di benakku selama alur perjalanan yang mengantarkan aku dalam hembusan nafas yang menanggung tanggung jawab yang sungguh menjadi dilema dalam hidup ini. Alurmimpi yang mengalun dalam genggaman sejuta harapan, membuat suasana Bus yang aku tumpangi hening dalam kesunyian malam. Hanya terdengar suara kendaraan yang menemani aku dalam laju menyongsong hari esok. Tidak terasa aku sudah tiba di penghujung, dan menjadi awal pertempurandimana aku harus menimbah ilmu sebagai kado terindah untuk aku tunjukkan saat aku kembali dalam pelukan ibu di hari nanti. Kini sebuah kehidupan baru harus aku pertaruhkan dalam alam yang begitu asing di mata orang, seperti saya. Kota Makassar yang menjadi santapan keseharian dan pemisah tawa dalam senyum keluarga di kampung, seakan-akan menjadi lautan pemisah antara cintaku dengan keluarga tercinta. Tidak terasa, sudah hampir dua tahun aku menimbah ilmu di kota pemisah ini, semakin membuat gelora rindu dalam hati ini tidak tertahankan. Kadang pelampiasan cinta dalam kerinduan berakhir dalam tetesan air mata yang membuat aku tidak berdaya apa- apa. Kucoba hadapi semua seiring berjalannya waktu untuk menunggu hari esok dan hari- hari selanjutnya.

Suatu hari yang sungguh menjadi hari pengobat rindu dalam hidup ini selama dua tahun lamanya. Aku mendapat sepucuk surat dari orang tercinta. Surat ini penuh motivasi dan semangathidup yang membuat aku terus tegar dalam menggapai cita- cita.

Untuk anakku di Makassardari

Papa dan Mama

salam rindu………!

Salam kasih dalam nama Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai kita semua, semoga kamu sehat- sehat selalu seperti halnya papa dan mama di sini.Nak, rajinlah belajar, tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit. Jangan ada kata malas untuk belajar. Kamu adalah harapan dalam keluarga ini. jangan sia- siakan masa mudamu. Kamu adalah generasi penerus bangsa yang selalu kami beri doa dan dukungan. Tetap jagan kesehatan dalam menuju cita- cita masa depanmu.Inilah yang mama dan papa sampaikan, semoga kamu giat dalam menghadapi hari- harimu yang akan datang.Saludadeko, 11 Agustus 2012

Itulah bunyi surat yang yang sungguh sulit untuk terlupakan. Sebagai pengantar dalam sebuah pertempuran menuju angan- angan yang masih jauh di ujung sana. Sebuah pengobat rindu yang menjadi tali pengikat dalam hidup ini. membuat aku masih tetap menjalani hidup dengan hari- hari penuh pengharapan. Aku hanya meminta kekuatan kepada Sang Pencipta untuk melewati semua ini. kelak aku berharap noda- noda yang menjadi penghalang di setiap langkahku sirna terhapus oleh derasnya hujan demi melewati setiap goresan- goresan menuju pengharapan yang cerah. Pengharapan ini kuukir di atas puing- puing keramaian kota daeng, untuk menghalau semua rindu yang merasut dalam pikiran ini. rindu yang tidak tertahankan ingin menembus kabut tebal dan menyeberangi lautan menggapai setiap goresan luka dalam kerinduan ini. Namun mengingat apa yang sudah di amanahkan kepadaku, dan itu sudah di depan mata, lebih baik berdiam dan bertahan hingga waktu yang sudah di tentukan. Hati, bersabarlah ada saatnya rembulan bersinar saat mentari berpihak kepadanya. Di saat itu pula kita bergembira saat kasih sayang berujung pada titik kerinduan. Hmm…. Apa yang aku tunggu kini berlayar di depan mata. Keceriahan kini terpancar, saatnya detik terakhir berujung dalam tahun 2013. Kegiatan yang sudah tidak asing bagi kalangan pelajar menjadi pertempuran dalam empat hari mewakili tiga tahun silam lamanya. Ujian Nasional penentu angan-angan yang harus aku bawah saat kembali dalam dekapan sang ibu. Tidak terasa, semua gambaran tiga tahun lamanya sudah berujung pada penantian. Rasa yang bercampur tegang dan kerinduan berpadu dalam setiap detak jantungku yang kini kurasakan. Rasa takut akan ketidak lulusan sudah umum di kalangan pelajar, hanya aku sandarkan pada Sang pencipta. Garis- garis perjalanan yang aku lalui selama tiga tahun lamanya kini mengalun membentang menjadi teka- teki alam yang akan terjawab saat pengumuman sudah tibah. Tidak terasa hari yang di nanti telah tibah.Membuat aku merasa deg- degan. Tapi Tuhan selalu memberi yang terbaik buat sekolahku. Semuanya lulusdengan hasil yang memuaskan. Sungguh legah rasanya. Apa yang aku impikan kini tercapai meski melawan rasa cinta dalam kerinduan yang sungguh menelan waktu yang cukup lama. Kini tibah saatnya aku beranjak pergi menggapai kerinduan yang sudah lama terpendam. Apa yang aku dapat sebagai ole- ole paling berharga yang harus aku tunjukkan ketika aku tibah dalam dekapan sang ibu. Tatkala mentari sudah menuju titik persembunyiannya. Para penumpang Bus Topoyo sudah bersiap- siap untuk berangkat. Dalam perjalanan, segelintir kisah dan anggapan yang mengalir menemani aku dalam perjalanan menuju kampung tanah kelahiranku. Rasa rindu yang sekian lama terpendam sebentar lagi akan pupus dan sirna. Semua suka- duka yang terlewati kini terlintas kembali di benakku. Namun itu semua sudah menjadi bunga- bunga kehidupan yang kini membuahkan hasil,dan sekarang aku telah genggam. Setelah sekian jam perjalanan, akhirnya aku sampai juga. Aku di sambut dengan sejuta cinta yang tiada bandingannya dengan apapun. Cinta yang sudah lama terpisah kini menyatu kembali saat aku menagis dalam pelukan sang ibu, cinta dan kerinduan telah kembali bersatu. ole- ole yang aku bawah kini kutunjukkan lewat sehelai kertas sebagai bukti bahwa aku kembali dengan membawa keberhasilan selama perjuangan tiga tahun lamanya. Dan ole- ole ini akan aku kenang bersama cinta dalam keluarga ini…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun