OPINI TRIBUN TIMUR
"Wah.. gimana Kota Makassar mas?.. Demonya serem-serem ya"
Sepenggal kalimat diatas bukan cuman sekali atau dua kali saya dengar ketika memperkenalkan diri pada ajang yang mempertemukan teman-teman pemuda di kota lain di Indonesia. Dan secara spontan jawaban yang sering  menjadi pembelaan adalah "tidak juga seheboh seperti yang ada di TV bung. Blaa.. blaa".
Bangunan image dan stigma negatif Pemuda Makassar yang itu tidak terlepas pada problematika kepemudaan di Kota Daeng ini, seperti yang sering kita baca dikoran dan tonton ditelevisi. Walaupun ketika ditelisik lebih jauh dan mendalam presentase tindak anarkis serta kejahatan jalanan yang menjadi konsumsi media tidak lebih tinggi dibanding prestasi dan kegiatan positif serta dinamika kepemudaan di Makassar.
Karakter Pemuda Makassar mempunyai  daya kritis yang kuat dan pemberani, memang punya ciri dan cara sendiri dalam menyampaikan pendapatnya  yang terkadang terkesan meledak-ledak serta dibarengi dengan bahasa tubuh yang tegas. Dan yang pasti pantang menyerah sebelum tujuan dan aspirasinya didengarkan menjadikan Pemuda Makassar berbeda dalam setiap gerakan yang dilakoni. Namun karakter tersebut tidak hanya berlaku pada parlemen jalanan, juga terimplementasi pada gerak dan tingkah laku Pemuda  di Makassar. Baik dalam berkompetisi, berkarya bahkan terbawa pada interaksi sosial.
Pada konteks kekinian dimana era perkembangan zaman yang begitu cepat yang dibarengi dengan terjadinya perubahan sosial kemasyarakatan, Pemuda kemudian dituntut berpacu pada tatanan moderisasi dengan kecanggihan teknologi sebagai salah satu factor pendukung berlangsungnya dinamika kepemudaan, baik secara kultural maupun structural pada organisasi-organisasi kepemudaan. Kondisi saat ini  juga sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi Pemuda, kemudahan mengakses informasi, jejaring serta interaksi social yang tak lagi dibatasi ruang dan waktu serta nyaris tanpa sekat berdampak negatif.
Perubahan yang cukup nyata terlihat yakni pemuda hampir kehilangan identitas lokal bugis Makassar yang terkooptasi dengan budaya pop dengan segala macam atribut yang melekat seperti penyalahgunaan narkoba, miras, pergaulan bebas hingga tindak kekerasan dan radikalisme. Secara psikologi generasi masa kini menjadi apatis, autis, serta cenderung membatasi interaksi social sehingga cukup berdampak pada kualitas dan karakter kepemimpinan pemuda pada organisasi-organisasi yang menjadi kawah Chandra dimuka generasi kepemimpinan bangsa kedepan.
Pergeseran orientasi Pemuda dalam menjalankan fungsi sebagai agen perubahan, dari metode berhimpun pada organisasi atau kelompok yang berlandaskan idealisme dan ideology kemudian berubah dengan berorientasi pada keminatan serta keahlian sehingga saat ini komunitas-komunitas pemuda tumbuh subur baik komunitas profesi, hobby, minat  dan bakat. Hingga saat ini trend pemuda mengarah pada potensi kreatifitas yang bernilai ekonomis, terlebih lagi pada saat dimulainya masyarakat ekonomi asean yang memungkin hubungan interaksi serta persaingan terbuka antar pemuda se-Asean.
Gambaran tersebut  diatas, adalah  realitas yang tak bisa ditawar lagi kehidupan kepemudaan menjadi tanggungjawab bersama baik pemuda sebagai persenoal maupun dalam konteks kelembagaan, masyarakat dan pemerintah. Sebab masa depan bangsa esok ditentukan bagaimana mengelolah potensi kepemudaan hari ini. Respon cukup positif dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan mengeluarkan kebijakan pencanangan program Kota Layak Pemuda 2017 dengan menjadi 3 Kota di Indonesia sebagai percontohan yakni Kota Bandung, Kota malang dan Kota Palu.
Kota Layak Pemuda 2017 sebagai salah satu pengejawantahan dalam mewujudkan tujuan dari Undang-Undang No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, dimana Pemuda tidak hanya diharapakn mampu menjadi motor penggerak pembangunan namun juga sebagai lokomotif pertumbahan ekonomi di Indonesia. Program yang dicanangkan pada November 2016, memilih Kota Bandung sebab Ibukota Jawa Barat tersebut dikenal sebagai kota yang dikenal dengan banyak gagasan dan ide-ide kreatif pemuda yang bermanfaat bahkan industry kreatif menjadi penggerakan utama pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Dan salah satu kiat hingga dinamika kepemudaan di Bandung berjalan dinamis, yakni pengalokasian anggaran belanja daerah yang menjadi tiga persen dari total APBD Pemkot Bandung. Â Alokasi tersebut terdistribusi pada program dan kegiatan yang mendorong pada pemberdayaan berbasis potensi kepemudaan.
Lalu bagaimana dengan Kota Makassar?, Kota yang kaya akan potensi dan energi positif kepemudaan ini. Jika melihat perkembangan potensi, prestasi dan daya kreatifitas kepemudaan akhir-akhir ini, generasi Pemuda Makassar cukup banyak  mewarnai dikancah nasional dari segala bidang. Tak sedikit anak muda berdarah bugis Makassar yang mengharum nama Indonesia pada ajang-ajang Internasional, dan yakinlah bahwa setiap momentum perhelatan apapun Pemuda Makassar senantias mendapatkan peran penting. Di Makassar sendiri kehidupan kelembagaan yang dinamis serta berkembangannya komunitas yang menghimpun anak muda tidak penah sepi tentu dengan mengandalkan potensi dan kemampuan yang terbatas.