Mohon tunggu...
Irwan Ade Putra
Irwan Ade Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang yang sedang belajar mengajar

Berbuatlah.... Biarkan waktu yang menjawab https://irwanadesaputra.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Yes We Did It"

14 November 2017   09:15 Diperbarui: 14 November 2017   17:38 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi figur Deng Ical dan Iqbal Djalil oleh beberapa pihak dianggap bahwa pasangan tidak mempunyai kans besar nanti pada Pilwalkot 2018, mengingat telah terbentuknya polarisasi kepentingan elit pada kelompok patahana dan kelompok penantangnya. Pandangan tersebut sah dan wajar apalagi jika dibarengi dengan motif kepentingan politik tertentu, sebab jika melihat realitas politik kekinian figur yang punya peluang menghadapi patahana Danny Pomanto tidak lain adalah Deng Ical yang juga berstatus patahana. 

Infrastruktur pemenangan yang berbasis pada kewilayahan dengan model partisipatif merupakan modal yang dimiliki Wakil Walikota Makassar tersebut, kelompok, tim maupun personal tokoh-tokoh masyakarat yang bekerja ikhlas bahkan rela melakukan skema kerja-kerja politik gotong royong sepertinya modal utama sekaligus karakter personal yang jarang dimiliki oleh figur lain. Ditambah lagi potensi yang dimiliki oleh Uztads Ije sebagai politisi yang telah punya pengalaman sebagai legislator Makassar dan Sulsel beserta infrastruktur partai politik. Keduanya nyaris tanpa beban dalam menghadapi perhelatan politik tersebut, membuktikan diri mampu keluar dari jeratan skenario politik yang terkondisikan saat ini juga bisa dijadikan alasan bahwa kedua figur ini memang punya kemandirian sikap apalagi terkait kepentingan masyarakat.

Pasangan DID ini merupakan pencapaian tersendiri buat Deng Ical, dari Pilwalkot 2014 Deng Ical mengalami beberapa loncatan politik. Pertama yang pasti bahwa yang lalu berposisi sebagai kosong dua kini berada posisi kosong yang membuat potensi dan kapasitasnya dalam teraktualisasi dalam ranah politik maupun pemerintah, sehingga ide dan gagasan yang betul-betul menyentuh kepentingan masyakat bisa terealisasi. Berikutnya terjadi tiga kali lompatan dari DIA ke DID, ya paling tidak jika dilihat dari akronim yang digunakan saat Pilwali lalu, pasangan ini melewati DIB dan DIC dengan memilih DID. 

Dan hal tersebut juga mengindikasikan Danny Pomanto yang selalu mengelorakan dua kali tambah baik juga tidak terlihat pada akronim pasangan yang digunakan saat ini yakni DIAmi, kalau dalam dunia otomotif tidak mengganti kendaraan tapi memodifikasi saja. Sekedar candaan agar tidak tegang menghadapi hirup pikuk politik yang menegangkan menurut sala satu senior penulis yakni Kakpopzky.

Dalam konteks demokrasi dan politik Indonesia, berbagai literatur hingga ahli berkesimpulan bahwa politik Indonesia sangat dinamis. Pasca rezim orde baru hingga saat ini, nyaris momentum politik yang terjadi senantiasi menyuguhkan akrobat politik yang menandai bahwa bangunan skenario politik akan selalu dipengaruhi oleh kondisi kekinian dan kepentingan apa yang menjadi variabel penentu. 

Skema koalisasi permanen yang sempat terdengar beberapa waktu lalu pada kancah politik nasional, toh tidak bertahan lama bahkan pada beberapa kasus bangunan koalisi permanen beberapa partai politik porak-poranda ketika bersentuhan pada koalisasi kepentingan tertentu. Gambaran tersebut tentunya berlaku pada konteks politik lokal, seperti yang terjadinya pada polarisasi dukungan partai politik di Pilgub Sulsel, beberapa partai politik yang senantiasi berhadap-hadapan di Senayan akhirnya menyatu pada satu salah satu kontenstan Pilkada Sulsel 2018. 

Apalagi ketika merujuk pada konstalasi politik Makassar kekinian yang menampilkan style politik yang menggemaskan. Di Makassar dengan karakter pemilih yang didominasi oleh pemilih cerdas, membuat dominasi kekuatan politik tidak terjadi, bahkan sekelas patahana yang nyaris telah memiliki prasyarat politik baik infrasturktur dan suprastruktur pemenangan politik mulai dari kekuasaan, pencitraan, perangkat kerja, jejaring, tingkat popularitas dan elektabilitas hingga kekuatan financial melekat pada pasangan DP-Indira, namun pada kenyataannya juga masih juga diterpa "kegalauan" politik hingga harus menyiapkan diri menempuh jalur independen. Hal tersebut meniscayakan bahwa Makassar ini bukan milik siapa-siapa. Sekaligus menegaskan bahwa Sekali lagi Politik Makassar sangat dinamis, penuh kejutan dan sangat "menyenangkan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun