Â
[caption caption="Penggunaan aksara Mandarin di PLTU Celukan Bawang (sumber : Tribunnews)"][/caption]
Pada hari Selasa tanggal 11 Agustus 2015 yang lalu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima kunjungan kehormatan Menteri Pembangunan Nasional dan Reformasi Republik Rakyat Cina(RRC) Xu Shaoshi, di Kantor Wakil Presiden. Selain membicarakan hal-hal penting lainnya, Shaoshi juga menyampaikan bahwa hari itu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Bali secara resmi mulai beroperasi. Demikian informasi yang diperoleh dari situs http://wapresri.go.id.
Dengan adanya PLTU ini diharapkan kebutuhan listrik Bali terpenuhi. Pembangunan PLTU ini sendiri dikerjakan oleh perusahaan dari Cina China Huadian Engineering Co. Ltd (CHEC) yang menggandeng perusahaan lokal PT General Energy Bali dengan  jumlah pekerja konstruksi mencapai 1.500 orang sementara untuk pengoperasian dan pemeliharaan nantinya memerlukan tenaga kerja sebanyak 500 orang. Saat ini, baik tenaga kerja konstruksi maupun tenaga operator dan pemeliharaan masih didominasi oleh tenaga dari Cina. Nantinya akan dilakukan alih teknologi secara bertahap. (sumber : Antara Bali)
Kontroversi
[caption caption="Pemeriksaan tamu ke dalam kompleks (sumber : kaskus)"]
Mencari tahu bentuk kerjasama seperti apa antara CHEC Ltd dengan PT GEB di internet cukup sulit. Antaranews.com (20/10/2010) hanya menyisipkan berita penandatanganan kerjasama pembangunan proyek PLTU Celukan Bawang antara Indonesia dan Cina saat kunjungan Wapres Budiono ke Beijing. Bahkan dalam situs www.esdm.go.id, jauh sebelumnya pada 22 Maret 2007, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, ikut menyaksikan penandatangan proyek-proyek di lingkungan ESDM yang salah satunya adalah proyek pembangunan PLTU Celukan Bawang ini.
Kita hanya dapat menduga-duga bahwa CHEC Ltd (saham mayoritas) dan PT GEB ini nantinya akan mengoperasikan PLTU ini sebagai pemilik investasi sementara listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN untuk pendistribusiannya. Kontinuitas perolehan batubara juga tidak jelas apakah diadakan oleh perusahaan lokal atau sekaligus ditambang oleh CHEC.
Peresmian PLTU ini sendiri sempat menimbulkan kontroversi dan membuat heboh warga netizen. Tersebar berita bahwa peresmian PLTU tersebut hanya dihadiri oleh pekerja asal Cina tersebut tanpa sama sekali dihadiri oleh pekerja Indonesia. Entah bagaimana peristiwa ini bisa terjadi. Apabila memang di dalam kontraknya terdapat perjanjian seperti itu tentu kita tak bisa berbuat apa-apa. Tetapi setidaknya hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita di dalam membuat perjanjian sejenis pada proyek-proyek berikutnya yang menyertakan pemodal asing jangan sampai sangat merugikan masyarakat kita.
Banyak Masalah
[caption caption="Syukuran PLTU Celukan (sumber : internet)"]
Bisa jadi peresmian itu dilakukan secara internal perusahaan mereka. Katakanlah semacam syukuran setelah menyelesaikan pekerjaan konstruksi mereka dan tanda dimulainya pengoperasian PLTU tersebut. Barangkali investasi ini mutlak milik mereka. Seluruh biaya bisa jadi 100% berasal dari mereka, mulai dari pembebasan lahan sampai pengadaan materialnya.
PT GEB tampaknya hanya sebagai pendamping ecek-ecek saja sehingga pekerja Indonesia nihil perannya. Seolah perusahaan Cina ini hanya memanfaatkan warga masyarakat hanya sebagai konsumen dari produk mereka. Bahkan ketika "syukuran" itu berlangsung, pihak keamanan yang memeriksa tamu juga merupakan warga Cina.