Mohon tunggu...
Sangun Perwira
Sangun Perwira Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Bukan maksudku memusuhimu. Kalaupun berbeda pandangan, aku hanya mencoba melihatnya dari sisi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus Freeport : Pembelajaran Munafik dari Orang Sukses

20 November 2015   11:42 Diperbarui: 20 November 2015   18:39 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau mau sukses belajarlah munafik. Salah satu ciri munafik adalah berbedanya antara perkataan dengan perbuatan. Karena saya takut salah pengertian, saya buka KBBI daring mencari lema "munafik" dan mendapati artinya sebagai berikut : 

munafik/mu·na·fik/a berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua. 

Meskipun banyak slogan-slogan yang mengajak kita berbuat baik, abaikan saja. Ajakan itu dibuat untuk maksud tertentu, misalnya agar tidak ada saingan dalam melakukan perbuatan. Slogan "Katakan Tidak pada Korupsi" adalah ajakan agar tidak ada saingan dalam melakukan korupsi, sementara yang menyuarakan ajakan itu melakukannya dengan diam-diam. Slogan "Berani Jujur Hebat!" yang dicanangkan KPK bisa jadi dimaksudkan untuk mempermudah para penyidik KPK menjalankan tugasnya. Bila para tersangka koruptor yang disidiknya berkata jujur tentu akan mempercepat penyidikan itu sendiri.

Kalau ada yang merasa tidak sukses atau belum sukses, itu disebabkan karena belum berlaku munafik. Kalau kita berlaku biasa-biasa saja dan apa adanya, maka bersiaplah untuk di-"makan" oleh orang yang munafik sehingga bisa jadi akan tersingkir.

Di televisi, kita selalu melihat tayangan orang-orang yang sukses, dan di balik kesuksesan mereka selalu saja ada perkataan yang berbeda dengan perbuatannya alias munafik. Misalnya dalam kasus Freeport, kita yang berpikiran sederhana akan menyimpulkan bahwa rekaman yang dilaporkan Sudirman Said telah terang benderang benar adanya. Namun bagi orang sukses tidaklah demikian. Bantahan terhadap kebenaran rekaman itu datang bertubi-tubi dari para orang sukses itu. Bahkan orang sukses yang dilaporkan Sudirman Said ke MKD DPR-RI sendiri selalu membantah tudingan itu. Tentu saja sahabat-sahabatnya yang juga termasuk orang sukses akan berupaya ikut membela dengan tingkat kemunafikan mereka masing-masing. Kalau mereka menerapkan "Berani Jujur Hebat!" bisa dibayangkan nasib apa yang bakal menimpa mereka selanjutnya.

Kita sering mendapatkan bagaimana seorang yang sukses dan kelihatan sebagai orang baik-baik namun ternyata adalah seorang koruptor. Bahkan seorang pejabat dari kementerian agama dan petinggi partai agama yang seharusnya mengajarkan kebaikan pun telah menjadi tersangka koruptor.

Oleh karena itu kalau ingin menjadi orang yang sukses, kita dapat memetik pelajaran tentang kemunafikan mereka. Tapi itu terserah hati nurani masing-masing. Hidup adalah pilihan. Mau sukses dengan cara munafik atau mau "Berani Jujur Hebat!" tapi hidupnya biasa saja.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun