Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, melalui siaran televisi, tampak Presiden SBY dengan muka masam menegur para menteri yang akan mengikuti sidang kabinet yang sedang bersenda gurau. Kemarahan SBY berkaitan dengan kebakaran hutan yang begitu meluas. Asap yang ditimbulkan demikian luas sebarannya sampai ke negara tetangga sehingga menimbulkan protes keras dari negara tersebut. Boleh jadi protes keras dari negara tetangga itulah yang membuat kemarahan SBY tak dapat disembunyikan. Bahkan sempat pula SBY terpaksa meminta maaf ke negara tetangga tersebut.
Namun kemarahan SBY tak segera membuat kebakaran hutan padam. Bagaikan pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, asap kebakaran semakin menebal menyelimuti permukiman warga hingga perkotaan. Dari tahun ke tahun selalu terjadi kebakaran hutan seolah tak peduli dengan kemarahan presiden.
Â
Akibat Kebakaran Hutan
Pada waktu itu, kebakaran hutan yang terjadi, terutama di Sumatera dan Kalimantan, sudah sangat mengganggu. Baik terhadap kesehatan maupun pada kegiatan ekonomi. Pesawat udara komersil menunda penerbangannya akibat jarak pandang yang pendek. Aktivitas pasar menurun akibat orang malas meninggalkan rumah. Demikia pula aktivitas pendidikan sempat terhenti.
Debu-debu yang berterbangan juga mengotori jalanan dan permukiman warga. Diperlukan tenaga dan waktu ekstra untuk membersihkan debu-debu ini. Berbagai macam penyakit juga meningkat, terutama penyakit ISPA dan tentu saja mata perih.
Penyebab
Kebakaran hutan ini terjadi tentulah bukan sekedar disebabkan oleh alam atau akibat puntung rokok yang boleh jadi ada yang menduganya seperti itu. Tetapi sudah jadi rahasia umum pula bahwa yang menjadi penyebab parahnya kebakaran hutan di Sumatera maupun di Kalimantan adalah akibat adanya pembukaan lahan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Namanya perusahaan tentu menginginkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mengeluarkan biaya seminim mungkin. Salah satunya caranya adalah pembukaan lahan dengan pembakaran hutan. Tapi pada kenyataannya keuntungan perusahaan itu sangat merugikan masyarakat dan tentu saja pemerintah akan mengeluarkan tenaga dan biaya besar untuk memadamkannya. Kalau diperhitungkan, tentu kerugian yang timbul tidaklah sebanding dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan itu. Perusahaan diuntungkan pula karena biaya pemadaman kebakaran hutan ditanggung oleh negara yang boleh dikatakan uang rakyat juga.
Sudah Mulai, Beranikah Jokowi?
Saat ini tampaknya kebakaran hutan sudah mulai terjadi. Beberapa hotspot sudah terdeteksi. Bahkan beberapa kota sudah mulai merasakan akibat kabut asap oleh pembakaran hutan ini.
Pihak-pihak yang terkait sudah pula melakukan gerakan-gerakan untuk memadamkan kebakaran hutan. Hujan buatan sudah dilaksanakan untuk memadamkan beberapa titik hotspot. Di sini terlihat sekali mental kita yang belum direformasi. Kita cenderung menghabiskan biaya dan tenaga untuk memadamkan api. Barangkali kalau tidak ada kebakaran hutan, maka tak ada alasan mengeluarkan uang negara.