Terkadang dalam berinteraksi dengan orang lain tanpa sengaja kita menanyakan asli mana, suku apa, dari negara mana atau bahkan menanyakan agama yang bersangkutan. Bukanlah suatu masalah apabila masih dalam bahasan yang netral akan menjadi masalah apabila menjadi topik pembicaraan yang subjektif. Kita sadar bahwa di bumi yang kita pijak ini ada banyak kepercayaan, agama, ideologi, ras, suku, etnis. Sikap saling menghargai&menghormati merupakan benang merah disini agar selalu teciptanya keseimbangan tanpa harus adanya rasa superioritas. Pluralisme adalah keindahan yang dianugerahi Tuhan karena adanya unsur kedinamisan di dalamnya,bisa dibayangkan betapa monotonnya dunia tanpa pluralisme. Pluralisme mengajarkan kita pentingnya saling menghormati&menghargai satu sama lain. Pluralisme mengajarkan kita bahwa berbahayanya menciptakan kefanatikan yang berlebihan yang merusak esensi dari kepercayaan dan nilai-nilai yang kita anut. Pluralisme mengajarkan kita berwawasan dan memiliki pandangan yang luas dalam menyikapi berbagai hal. Pluralisme mengajarkan kita indahnya suatu komunikasi dari dua atau lebih pandangan yang berbeda. Pluralisme juga mengajarkan kita untuk menerima orang-orang di sekitar kita memanggil nama Tuhan dengan nama yang berbeda. Hitler mungkin tidak akan membantai kaum Yahudi, “The Deadly Duo” Radovan Karadzic&Slobodan Milosevic mungkin tidak akan membantai umat Muslim Bosnia, Israel mungkin tidak akan terus menerus meneror rakyat Palestina, Pakistan dan India bisa jadi tidak terpecah menjadi dua negara, bukan tidak mungkin kita tidak mengenal istilah pembersihan etnis-sukuisme-chauvinisme, mungkin tidak ada julukan Moro di Filipina, mungkin tidak akan ada Tragedi Poso dan Ambon, mungkin tidak ada peledakan bom bunuh diri di berbagai negara atau bahkan mungkin Perang Dingin tak perlu terjadi dan Perang Dunia tak perlu dilanjutkan ke episode dua (atau episode berikutnya??who knows) apabila para manusia bumi ini lebih memahami esensi dari pluralisme itu sendiri dan mengimplementasikannya dalam konteks dan arah yang positif, mengetahui porsinya dalam interaksi antar mereka sendiri. Bukankah pluralisme yang membuat akal dan nurani manusia terus terasah?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI