Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kongres PDIP Permalukan Jokowi

10 April 2015   21:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kongres PDIP yang digelar di Bali sukses mengukuhkan kembali Megawati Soekarno putri sebagai Ketua Umum untuk periode 2015-2020. Pada kongres tersebut Jokowi juga turut hadir, tetapi bukan sebagai presiden melainkan sebagai seorang kader partai biasa.
Berbagai media massa memberitakan kejanggalan yang terjadi dalam arena kongres. Sebab tidak seperti biasanya, seorang presiden hadir dalam sebuah acara tanpa membawakan pidato.Bahkan dikabarkan, Sang Presiden menunggu kedatangan Megawati yang telat sekitar 30 menit dimana seharusnya kongres telah dibuka.

Menurut pantauan media yang ramai diberitakan bahwa di sekitar arena kongres tidak terdapat spanduk atau alat peraga penyambutan presiden secara khusus.

Kejadian ini patut disayangkan. Jokowi sebagai seorang presiden adalah simbol negara. Apapun dan kemanapun beliau berkunjung label sebagai kepala negaranya jauh lebih kental dibanding denga simbol yang lain. PDIP telah melecehkan seorang kepala negara. Begitu kalimat yang ramai dikatakan orang saat ini.

Mengapa Jokowi tidak ditempatkan sebagai presiden pada kongres itu? Ada banyak spekulasi terkait hal ini. Pertama; Megawati dan PDIP ingin menegaskan bahwa Jokowi bukanlah siapa-siapa. Karena tanpa PDIP Jokowi tak akan menjadi presiden. Keadaan ini juga bisa berarti bahwa ini adalah sebuah sinyal bahwa PDIP hari ini sedang marah pada Jokowi yang entah dengan alasan apa.

Kedua; Jokowi tidak diberikan panggung karena ada semacam ketakutan jika Jokowi menjadi bintang dalam arena kongres. Padahal bagaimanapun alasannya justru momentum kongres ini bisa dijadikan sebagai media untuk menjelaskan kepada publik tentang kesuksesan yang telah diraih oleh pemerintah bersama segenap koalisi partai pendukung.

Ketiga; PDIP ingin menyampaikan pesan keepada publik bahwa PDIP dan presiden saat ini memang sedang tidak harmonis. Inti dari pesan itu adalah bahwa segala kebijakan tidak populis yang telah dilakukan pemerintah hari ini adalah diluar dari campur tangan PDIP. Misalnya saja tentang kenaikan harga BBM yang berubah hampir tiap bulannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun