Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debt Collector Untuk DPR

12 April 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Sepertinya rakyat butuh jasa debt collector untuk menagih hutang anggota DPR," kata teman saya seperti bergumam, sesaat setelah di layar TV tampil berita tentang rencana pembangunan gedung baru DPR yang diputuskan untuk dilanjutkan. Saat itu kami sedang duduk di sebuah warung kopi, menikmati secangkir kopi hangat + Barongko (kue khas Makassar) sambil diskusi-diskusi ringan.

Saya terkekeh mendengar kekonyolan teman saya itu. Bagaimana mungkin orang-orang yang katanya terhormat seperti anggota DPR dibawakan debt collector atau penagih utang? Bukankah akan menjadi tidak terhormat kalau itu sampai terjadi?

Tapi kalau dipikir-pikir perkataan konyol teman saya masuk akal juga. Debt Collector adalah profesi yang khusus menangani orang-orang yang lupa dengan utang-utangnya.

Spontan, teman saya yang lainnya berkomentar, "Setuju. Anggota DPR itu kan tebal muka, mereka hanya terampil berjanji tapi tidak ada kesungguhan menepati janji-janjinya. Harusnya memang ada semacam lembaga negara yang bertugas seperti tugas-tugas debt collector. Kalau perlu, lembaga ini diberikan kewenangan untuk mengeksekusi anggota dewan dan pejabat negara lain yang terbukti tidak membayar utang-utang janjinya," katanya berapi-api.

"Tapi bagaimana caranya? Bukankah itu semua perlu regulasi? Dan kewenangan membuat regulasi itu berada di tangan DPR, kelompok yang akan ditagih," demikian kataku memanasi perbincangan warung kopi itu.

Diskusi ringan itu terus berlanjut, antara satu dan yang lainnya sama-sama bersemangat untuk menghadirkan sesuatu yang berfungsi sebagai penagih utang dengan berbagai macam alasan.

Perbincangan ringan itu terinspirasi dari dua peristiwa besar yang terjadi belakangan ini. Yaitu peristiwa meninggalnya Irzen Octa, nasabah Citibank, di tangan Collector dan rencana pembangunan gedung baru DPR berlantai 36. Kedua peristiwa ini menyita perhatian publik.

Diskusi tadi boleh dianggap sebagai sesuatu yang konyol atau bahkan kegilaan berpikir. Terserah, pembaca budiman mau pilih yang mana. Gratis kok ... Hehehe

Hanya yang perlu jadi catatan bahwa diskusi spontan seperti itu biasanya memang lahir dari nurani. Sebuah bentuk keresahan atas ulah para anggota DPR yang tak lagi peduli dengan tugasnya sebagai wakil rakyat. Mereka terkesan hanyut dalam situasi hedonisme politik. Bersenang-senang di atas jerit tangis konstituennya yang kesulitan menyekolahkan anak-anaknya, berhura-hura di atas keresahan parade pengangguran di dapilnya yang kesulitan memperoleh akses lapangan kerja.

Lebih jauh, mereka seolah berwatak seperti singa yang siap menerkam siapa saja yang ada didepannya. Bahkan pada titik tertentu, kelompok ini melampaui keganasan singa. Seekor singa tidak perlu lagi ditakuti saat sudah kenyang. Sebaliknya, anggota DPR tidak pernah kenyang. Mereka terus-menerus 'mengaum' untuk mencari mangsa.

Terkait pembangunan Gedung, berbagai komentar dilontarkan oleh mereka yang semakin menegaskan betapa rendahnya kualitas anggota DPR kita. Beberapa pernyataan yang kira-kira maknanya seperti ini: 1) Masyarakat biasa jangan diajak diskusi terkait pembangunan Gedung DPR, karena mereka tidak akan tahu. Cukup orang-orang pintar saja. 2) Masyarakat jangan membandingkan antara sekolah yang tidak punya atap dengan pembangunan gedung DPR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun