[caption id="attachment_196016" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Kabar tak sedap datang dari sebuah lembaga riset nirlaba yang bernama The Fund for Peace (FFP) yang bekerjasama dengan Majalah Foreign Policy. Pada daftar Indeks Negara Gagal (Failed States Index/FSI), lembaga ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-63 dari 178 negara. Dibanding tahun lalu, Indonesia menempati peringkat ke-64. Artinya, tahun ini pemerintah lebih buruk mengelola negara. Terjadi penurunan peringkat dari 64 menjadi 63. Menurut lembaga ini, dari 12 indikator yang dinilai, 3 diantaranya dinilai paling buruk di Indonesia, yakni; HAM dan penegakan hukum, Tekanan demografik, dan protes kelompok-kelompok minoritas dalam masyarakat. Peringkat pertama negara gagal diduduki oleh Somalia. Negara ini dianggap gagal dalam segala hal. Hampir semua indikator menegaskan bahwa Somalia tidak berdaya melindungi hak-hak warganya. Peringkat ke-178 atau negara terbaik diduduki oleh Finlandia. Masih Beruntung "Indonesia masih beruntung ... !!! Masih ada 62 negara lain yang jauh lebih buruk dari kita." Kalimat ini setidaknya bisa membuat kita agak tenang. Sebuah kalimat penyejuk hati agar kita tak terpuruk masuk pada kubangan pesimisme akut akan harapan masa depan negara ini. Sayangnya, rasa tenang itu tak bertahan lama ketika pemikiran kita bergerak lebih jauh dengan logika yang sama dengan kalimat penyejuk di atas bahwa ternyata masih ada 114 negara lain yang jauh lebih baik dari negara kita tercinta ini. Dengan asumsi penurunan 1 peringkat pertahun, maka 62 tahun yang akan datang kita sudah menggeser Somalia, menjadi negara paling gagal di muka bumi. MEMALUKAN...!!! Apa yang salah? Barangkali kita sepakat kalau dikatakan ada sesuatu yang salah pada penyelenggaraan negara ini. Pemerintah sebagai penyelenggara negara telah lalai mengemban amanat rakyat. Mereka sibuk dengan urusan partai dan kekuasaannya. Dengan peringkat ini, seharusnya pemerintah malu. Akan lebih terhormat ketika para penyelenggara negara itu mengatakan pada rakyat, "Wahai rakyatku, saya harus katakan bahwa saya gagal membawa negara ini ke arah lebih baik. Karena itu, sebagai pertanggungjawaban moral, saya harus mundur sebagai pejabat negara dan memberikan jabatan ini kepada yang lebih mampu." Tapi jika pemerintah hari ini masih juga tebal muka dengan alasan-alasannya yang irrasional, maka bukan tidak mungkin kedepan kita akan jauh lebih buruk dari Somalia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H