Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika “Komandan SYL” Didaulat Jadi Penyejuk Beringin

16 Februari 2016   09:03 Diperbarui: 16 Februari 2016   09:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampaknya hawa panas di tubuh beringin akan segera berakhir. Rapimnas Partai Golkar beberapa waktu lalu menyepakati untuk mengakhiri konflik panjang melelahkan yang menguras energi  ini dengan menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Konon sesuai amanat Rapimnas, munaslub tersebut paling lambat dilaksanakan pada April tahun ini.  Baik kubu Ical maupun kubu Agung telah sepakat untuk rencana itu.  Syarat yang ditetapkan rapimnas adalah Ical dan Agung tidak boleh maju mencalonkan diri sebagai calon ketua umum dalam rapimnas nanti. Seperti diketahui, sebelumnya, di tubuh Partai Beringin ini, terjadi konflik kepengurusan antara kepengurusan hasil munas Bali di bawah pimpinan Aburizal Bakrie dan kepengurusan hasil munas Ancol di bawah komando Agung Laksono. Gugat menggugat di pengadilan adalah aktivitas yang dilakukan kedua kubu. Energi terkuras, golkar merugi.  Setidaknya itu terlihat dari peringkat kemenangan yang diraih Golkar pada pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu yang berada jauh di bawah Nasdem, PDIP, dan Gerindra.

Dari beberapa kali tampil bersama-sama di layar TV, Ical dan Agung menampakkan keakraban. Sebuah pesan bahwa Golkar baik-baik saja. Tidak lagi ada pertikaian kepengurusan, seperti yang terjadi selama ini. Kedua tokoh Golkar ini ingin menunjukkan ke publik bahwa Golkar adalah partai dewasa dan partai modern yang telah kenyang dengan konflik, sehingga konflik seperti ini tidak akan membuat Golkar berakhir di pentas politik. Ada semangat kebesaran jiwa yang ditunjukkan keduanya, bahwa ego personal, dan faksi-faksi dalam tubuh partai pasti ada, tetapi pada saatnya tiba, faksi-faksi tersebut akan lebur menjadi satu ketika itu menyangkut masa depan partai.

Meski demikian, tetap saja ada gestur lain yang tertangkap dalam perssepsi publik, termasuk saya. Di balik senyum renyah yang mereka tunjukkan di depan kamera jurnalis, saya melihat ada perang batin pada keduanya. Adu kekuatan itu terlihat masih ada, meski samar. Semoga saya salah, baik Agung maupun Ical kini sedang bermain di balik layar untuk memastikan bahwa yang akan menduduki kursi nomor satu di tubuh beringin adalah dari kelompok mereka, minimal loyalisnya.

Jika analisa saya terbukti benar bahwa yang menduduki ketum nanti adalah berasal dari kelompok yang telah dipersiapkan oleh mereka dari balik layar, maka berpotensi besar kita akan menyimpulkan bahwa munaslub ini tidak menjadi solusi dalam mengembalikan Golkar sebagai partai yang tangguh dan solid. Akan ada aksi jegal-menjegal yang dilakukan oleh pengurus baru pada kelompok-kelompok yang di masa lalu tidak sepaham dengan mereka.  Dan itu bukan pertanda baik bagi kelangsungan hidup Partai Golkar.

Oleh karena itu, menjadi  penting bagi partai ini untuk mencari calon alternatif, yang tidak memihak pada salah satu kubu. Ia harus netral, tidak terpengaruh pada konflik yang yang terjadi pada kedua tokoh Golkar tadi. Hanya ini cara terbaik untuk menjadikan munaslub Golkar sebagai solusi tuntas atas masalah yang dihadapi selama ini.

Syahrul Yasin Limpo—di Sulsel kami menyebutnya “Komandan”—adalah sosok yang memenuhi kriteria sebagai orang netral. Meski posisinya sebagai Ketua DPD I Golkar Sulsel berada dalam naungan kepengurusan Abu Rizal Bakrie, tetapi terpotret tidak melibatkan diri dalam konflik. Bahkan dalam beberapa kali kesempatan menyampaikanketidak-inginannya  konflik yang terjadi di pusat menjalar ke daerah. Karena menurutnya, dengan memelihara konflik maka hanya satu hal yang akan diperoleh, kerugian.

Dari segi kapasitas, Gubernur Sulsel dua periode, Ketua DPD I Golkar, dan sebagai Ketua Asosiasi Pemerintah Propinsi Seluruh Indonesia (APPSI) untuk yang kedua kalinya, cukup bisa menjelaskan ini. Demikian dengan prestasi, dedikasi, dan loyalitas kepada partai adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan. Ia memiliki, setidaknya 9 dari 10 yang dipersyaratkan.

Perkembangan terakhir, diberitakan bahwa 24 DPD II Golkar se-Sulsel mendorong Syahrul untuk bertarung di munaslub Partai Golkar. Tidak hanya itu, DPD I dan DPD II se-Kalimantan Timur juga dikabarkan solid mendukung Syahrul. Beberapa daerah lain sedang dalam tahap konsolidasi dukungan, dan konon menurut sumber yang dapat dipercaya, dalam waktu akan segera menyampaikan dukungan.

Komandan Syahrul adalah salah satu sosok paripurna yang dimiliki Partai Golkar. Ia memenuhi kriteria untuk menjadi  penyejuk di tubuh beringin. Ia adalah kader handal Partai Golkar yang mampu membawa Partai Golkar menuju puncak kejayaan. Tetapi semua berpulang kepada pemilik suara, akan menjadikan munaslub ini sebagai momentum kebangkitan atau hanya menganggapnya hanya sebagai seremoni legal formal untuk mengisi kekosongan kepemimpinan.

*Penulis adalah Peneliti di Lingkar Data Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun