Namun, di tengah gonjang-ganjingnya harga, kehidupan warga masih belum kelihatan oleng. Dinamisasi warga masih tetap tampak menggeliat sejak pagi hingga malam. Cafe dan pusat jajanan menjamur di berbagai penjuru.
Terjadinya fluktuasi harga dan menurunnya penghasilan kelapa disebabkan beberapa faktor utama. Antara lain karena banyak pohon yang telah tua sehingga kurang produktif. Tak sedikit pula tanaman kelapa yang punah akibat serangan hama dan rusaknya drainasi.
Bibit yang tidak bagus ikut mempengaruhi kualitas buah. "Selain itu rantai pasar yang panjang pun jadi penyebab murahnya harga dari petani," kata Abdurrahman, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Inhil.
Untuk mengurangi rantai pasar yang panjang, menurut Ahim Ginting, humas PT Pulau Sambu, perusahaannya telah membuat sentra penampungan langsung kelapa dari masyarakat. Tidak melalui pedagang perantara lagi. Kelapa masyarakat dijadikan bahan baku minyak goreng di kilangnya.
Â
Sedangkan kelapa yang tidak dijual ke pabrik masih tetap terserap pasar. Sebagian dibawa ke Pekanbaru, dan kawasan sekitarnya, bahkan juga sampai ke Jakarta dan dikirim ke Malaysia.
Gonjang-ganjingnya harga kelapa, menurut Ginting, akibat belum adanya tata niaga kelapa. Di kelapa sawit pemerintah menentukan harga eceran tertinggi (HET) buah sawit. Sedangkan harga kelapa masih tergantung sepenuhnya kepada pasar.
Harga bisa naik kalau ada permintaan pasar yang besar, terutama dari luarnegeri. Namun, Ginting menyayangkan karena kelapa ekspor belum ada bea keluar atau pajak ekspornya, sehingga tidak menjadi sumber pemasukan bagi negara.
Karena itu Ginting berharap pihak luarnegeri membangun industri pengolahan kelapa di Riau. Ini akan memberikan nilai tambah baik dari tenaga kerja, pajak, alih teknologi, dan lainnya.
Ginting juga menyayangkan karena selama ini kelapa hanya dijadikan sebagai bahan baku minyak goreng. Padahal
banyak industri minyak goreng yang terpaksa tutup karena hanya menghasilkan satu produk itu semata. Padahal, seperti diketahui tipis keuntungan membuat minyak goreng karena biaya produksinya besar.