Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Habis Chevron Terbit Bencana di Blok Rokan

27 Januari 2023   07:50 Diperbarui: 27 Januari 2023   07:58 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan pengeboran minyak Blok Rokan, Riau. (Foto: PHR)

MUSIBAH kembali terjadi di penambangan minyak Blok Rokan, Riau. Seorang pekerja bernama Derikson Siregar, tewas mengenaskan di pengeboran minyak yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), pekan lalu. Ia meninggal dalam posisi terduduk dengan kepala berlumuran darah akibat tertimpa besi drilling pengeboran minyak.

Kecelakaan kerja memang bisa terjadi di mana saja.  Namun, untuk kasus di kawasan Blok Rokan ini terbilang menjadi ironi. Betapa tidak. Sejak mulai beroperasi pada pertengahan tahun silam sudah tujuh orang yang meninggal di pengeboran minyaknya. Bak mesin pembunuh, alat-alat pengeboran yang berharga mahal itu memangsa para pekerja satu-persatu.

Hal ini tentu saja sangat mengejutkan. Sebab saat beroperasi di sana selama puluhan tahun, PT Chevron (menggantikan Caltex), boleh dikatakan nyaris tak pernah terjadi kecelakaan kerja. Apalagi sampai merenggut nyawa pekerja.

Memang para pekerja yang tewas ini bukan pegawai PHR. Mereka adalah pekerja kontraktor yang menangani pengeboran tersebut. Namun, saat ditangani Chevron pun pekerjaan di lapangan diserahkan kepada kontraktor. Dan semuanya berjalan mulus tanpa ada kecelakaan kerja yang fatal.

Jadi, mengapa setelah penanganan Blok Rokan ini diambilalih Pertamina kemudian sering terjadi kecelakaan kerja. Padahal, sama seperti saat dikelola Chevron, pamplet tentang keselamatan kerja terpampang di mana-mana. Dan dalam pekerjaan, sepertinya hampir seluruh perusahaan pertambangan memiliki standar operasi yang sama.

Seperti diketahui, pertambangan minyak memang merupakan usaha yang padat modal dan padat skill. Dibutuhkan tenaga-tenaga terlatih, terutama yang bertugas di lapangan. Sebab, kesalahan sedikit saja akibatnya bisa fatal. Apalagi pengeboran minyak ini seperti suatu perjudian. Meskipun telah mengeluarkan biaya sampai miliaran rupiah, tapi belum tentu ditemukan cadangan minyak yang besar.

Karena itu, perusahaan tentu memerlukan tenaga-tenaga terlatih. Meskipun itu hanya seorang operator di lapangan. Belajar dari kasus ini, wajar jika perusahaan dari Cina membawa tenaga kerja yang sudah terlatih di negaranya. Meskipun itu hanya bertugas sebagai tukang masak sekalipun. Sebagai tenaga yang sudah terlatih, tentu saja gaji mereka akan lebih besar dibandingkan dengan tenaga lokal yang belum punya pengalaman kerja sama sekali.

Hal seperti ini memang harus segera ditangani pemerintah. Jangan sampai terulang kasus di Morowali, yang menyebabkan terjadi perkelahian massal antara pekerja lokal dengan pekerja asing.

Karena itu diharapkan Kementerian Tenaga Kerja untuk melatih para calon pekerja. Upaya ini bisa juga dilakukan dengan menjalin kerjasama bersama perusahaan. Dengan begitu, saat merekrut tenaga kerja baru sudah sesuai dan tahu dengan standar di tempatnya bekerja. Ini untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan semua pihak. (irwan e. siregar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun