INGIN bercocok tanam tapi tidak punya lahan? Jangan risau. Pekarangan yang sempit, bahkan dinding rumah pun bisa dijadikan lahan pertanian.
Ini yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu oleh Syamsinar Lubis, seorang ibu rumah tangga di Pekanbaru. Di pekarangannya yang sempit ia bisa menanam berbagai jenis sayuran. Sawi/pakcoi, seledri, cabai, bawang, dan juga pandan, serai, serta jahe merah. Aneka tanaman ini ada di polibeg maupun talang air petak yang diisi dengan media tanam. Ibu ini sudah punya pelanggang tetap penjual mie ayam dan bakso yang tak jauh dari rumahnya di tengah kota.
Awalnya, bersama kelompok ibu-ibu di Kecamatan Sail, mereka mendapat pelatihan bertani hidroponik dari Bank Indonesia (BI). Menanam sayuran dengan menggunakan pupuk kimia a+b mix yang dicairkan. Akar tanaman mendapatkan makanan dari air yang mengalir di pipa tempat bertanam. "Sayurnya bagus-bagus dan tidak dimakan hama," kata Syamsinar. Namun, seiring dengan waktu, setelah BI tak lagi memberikan bantuan pupuk, mereka mulai kelabakan. Maklum, harga pupuk melambung terus mengikuti kurs dolar.
Merasa tak sebanding lagi pengeluaran dengan pemasukan, Syamsinar banting setir menggunakan pupuk organik yang nonkimia. Dibantu sang suami, mereka memasukkan tanah ke dalam polibeg. Media tanam ini berupa campuran tanah biasa, kompos, dan sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Kalau tidak ada sekam bakar, sekam mentah pun bisa. Tapi dikhawatirkan rawan jamur dan serangga.
Bibit yang bersertifikat dibeli di toko pertanian. Tujuannya untuk lebih menjamin keberhasilan penanam sampai panen. Syamsinar bercerita, suaminya pernah menanam tomat dari bibit untuk keperluan rumahtangga. Tomatnya tumbuh subur tapi tak mau berbuah.
Tanaman harus disiram setiap hari. Kalau cuaca mendung cukup sehari sekali. Sedangkan pupuk yang digunakan hanya air bekas cucian beras dan sampah dapur. Agar tanah lebih gembur sebaiknya sekali-sekali disiram dengan air dicampur cairan EM4 untuk menebarkan mikroba.
Bertani sayuran ini tak memerlukan waktu relatif lama. Sawi biasanya 40 hari bisa dipanen. Seledri sekitar tiga bulan. Sedangkan cabai, serai, jahe, dan kunyit lebih lama lagi, sehingga hanya jadi tanaman sampingan. "Tapi kunyit daunnya pun laku dijual untuk makanan khas Minang, sala lauak," tukas Syamsinar. Selamat mencoba kawan-kawan. (Irwan E. Siregar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H