Menurut catatan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia di Riau, jumlah gajah di Balai Raja kini tinggal lima hingga tujuh ekor. Seekor gajah bernama Dita mati beberapa tahun lalu. Pada 2014 disebutkan masih ada 25 ekor gajah di sana.
Kawasan konservasi Balai Raja yang jadi habitat satwa dilindungi tersebut awalnya ditetapkan seluas 18.000 hektare. Namun kini diperkirakan tinggal tersisa sekitar 150 ha. Selebihnya telah berubah fungsi menjadi kebun sawit, dan juga jalan tol.
Gajah akhirnya kini sering jadi musuh bagi pekebun sawit. Untuk menghalaunya, ada yang dengan menjerat bahkan juga meracun. Kehadiran jalan tol juga membuat kenyamanan hewan yang dilindungi ini menjadi semakin terusik di habitatnya sendiri.
Padahal, gajah memiliki wilayah edar yang akan terus dijalani sepanjang waktu. Makhluk bertubuh bongsor ini akan selalu mendatangi kawasan edarnya, meskipun telah beralih fungsi menjadi kebun sawit dan jalan tol. Hal inilah yang menyebabkan konflik antara gajah dan manusia tidak akan pernah usai. Semoga jangan sampai akhirnya gajah mati meninggalkan kenangan semata bagi generasi mendatang. (irwan e siregar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H