Sebagai orang yang Beriman, kita selalu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti karena kehendakNya. Sehingga ketika terjadi bencana maka kita akan berpikir apakah ini ujian dariNya atau kita berpikir seperti lirik lagu Ebit G ade "Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita."
Dilain sisi, Tuhan memerintahkan kita untuk membaca(IQRA) melalui Wahyu pertamaNya ke Nabi Muhammad SAW. Apa yang perlu kita baca?, salah satunya adalah fenomena alam. Pada dasarnya bencana seperti gempa dan Tanah longsor merupakan fenomena alam. Tanah longsor misalnya terjadi karena pergeseran material tanah dipermukaan miring karena gesekan antar lapisan tanah Sudah tidak mampu menahan lapisan diatasnya, bisa terjadi karena kandungan airnya meningkat karena curah hujan tinggi.Â
Sehingga dalam perspektif kami, apa yang dikenal masyarakat sebagai bencana itu pada dasarnya adalah fenomena alam yang terjadi dalam atas ijin Tuhan. Hanya saja jika tanah longsor terjadi dan menimbulkan korban, kita akan mengasosikan fenomena alam itu sebagai "bencana". Terus bagaimana kita menyikapinya?. Mk kita harus membaca(IQRA) fenomena alam ini, mempelajari pola terjadinya dan jika memungkinkan kita lakukan pencegahan. Bukankah Tuhan memerintahkan kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
Bagaimana dengan bencana yang tidak atau susah untuk kita cegah, mk kita harus membaca dan mempelajari bencana tersebut agar dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir. Baru-baru tanah longsor menelan korban jiwa terjadi di Kecamatan Bastem kabupaten Luwu (https://www.rri.co.id/makassar/vlog/5915/akibat-hujan-deras-longsor-terjadi-di-bastem-kabupaten-luwu) . Walaupun sebagai orang yang Beriman, kita selalu berpikir ini terjadi karena kahendakNya, tetapi sekali lagi kita harus belajar dari bencana ini.
Apa yang bisa kita pelajari?. Â Mengutip dari berbagai macam sumber, kronologi terjadinya bencana tanah longsor tersebut, diawali oleh longsor yang mengakibatkan penyempitan jalan sehingga masyarakat berkumpul dan terjadi longsor susulan yang menimbung masyarakat tersebut.
Sehingga jika kita melihat dari perpektif ilmu kebencanaan, hal ini longsor ini mungkin "susah" kita cegah tetapi korban jiwanya bisa kita cegah. Harusnya ketika terjadi longsor awal, sudah ada peringatan bahaya potensi longsor susulan dan masyarakat di himbau untuk tidak mendekat dan disetiap titik rawan longsor sudah ada papan peringatan rawan longsor.
Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah lokasi rawan longsor?. Kita bisa menggunakan teknik geofisika untuk mendeteksi lapisan permukaan tanah. Beberapa penelitian mahasiswa kami di Program studi Fisika Sudah kami publikasikan diantaranya
1. "IDENTIFIKASI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAN BIDANG GELINCIR LERENG PERTANIAN DESA TAMPUMIA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK" (https://journal.uncp.ac.id/index.php/dinamika/article/view/1634),
2. Identifikasi Lapisan Rawan Longsor di Desa Sassa Kecamatan Baebunta Menggunakan Metode Geolistrik (https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=dV-eQ-AAAAAJ&citation_for_view=dV-eQ-AAAAAJ:kNdYIx-mwKoC),
3. Identifikasi Kedalaman Bidang Gelincir Pemicu Tanah Longsor di Desa Kertoraharjo Menggunakan Metode Geolistrik https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=dV-eQ-AAAAAJ&citation_for_view=dV-eQ-AAAAAJ:kNdYIx-mwKoC
Kami juga sudah mulai berusaha mengedukasi masyarakat dengan bekerja sama dengan mahasiswa diantaranya:
1. Melalui PPK Ormawa, Himpunan Mahasiswa fisika mencoba mengidentifikasi kerawanan longsor, peta jalur evakuasi, pemasangan bambu rawan longsor didesa KaratuanÂ
2. Melalui kegiatan pengadian kapad masyarakat, kami mulai mengedukasi masyarakat terkait pentingnya mitigasi bencana.(http://uncp.ac.id/blog/post/bangun-kesadaran-bencana-program-studi-fisika-lakukan-simulasi-bencana-di-sman-12-lutra)
Kami menyadari jangkaun kami ini masih memiliki jangkauan sempit, belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Kami sangat berharap ini bisa menjadi perhatian kita bersama agar lebih baniak masyarakat bisa teredukasi terkait mitigasi bencana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H