Hunus panah belah embusan tersengal nafas panjangnya
desir udara menyayat relung hati dalam dinda
dimana-mana derita,
waktupun turut serta menyiksa
semua bersuka cita atas pedihnya mata luka dinda.
Cinta sang bijaksana
tumbuh dalam tandus
pelita dalam gelita
duka dalam bunga
dekap dinda berikan sandaran bahu padanya.
Dinda, dialah ego dari ketidaksanggupan rasa
perjuangan yang tak dapat dilanjutkan
harapan atas kebahagiaan hanya kegetiran semata
semakin dalam asmara,
luka kian liar menjalar sukma.
Mata nan luka terus mengaliri benih kepedihan jiwa
belenggu atas harapan rasa-rasa tuk bahagia.
Sembuhlah dinda
pejamkan mata sejenak
lupakanlah segala cerita lama
berdoalah kebaikan memberkati segenap niat mulia
segala tak tau seberapa jauh Tuhan telah menyusun lebaran baru untuk kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI