Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Kehendak Ilahi dalam Setiap Keputusan Hidup

30 Mei 2024   13:35 Diperbarui: 30 Mei 2024   13:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehidupan ini bagaikan sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan pilihan. Dalam setiap langkah kita, kita dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang harus diambil, baik yang besar maupun yang kecil.

Namun, bagaimana kita bisa memastikan bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang tepat? Bagaimana kita bisa memadukan akal sehat dan nurani kita untuk mencapai pertimbangan yang matang?

Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa manusia diciptakan dengan dua kekuatan besar, yakni akal dan rasa. Akal adalah kemampuan kita untuk berpikir logis, menganalisis, dan memahami realitas secara rasional.

Sementara itu, rasa adalah kemampuan kita untuk merasakan, menghayati, dan memahami nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih dalam.

Kedua kekuatan ini seharusnya tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi. Logika tanpa rasa akan membuat kita kering dan kehilangan sentuhan kemanusiaan.

Sebaliknya, rasa tanpa logika akan membuat kita terombang-ambing dalam kekacauan emosi dan ketidakpastian. Inilah sebabnya, dalam mengambil keputusan, kita harus memadukan keduanya, mencari keseimbangan antara akal dan rasa.

Namun, bagaimana kita bisa melakukan hal itu? Pertama, kita harus melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jangan mudah percaya pada sesuatu tanpa menyelidikinya terlebih dahulu. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan penting, analisis fakta-fakta yang ada, dan pertimbangkan berbagai sudut pandang. Dengan begitu, kita bisa memahami situasi secara lebih mendalam dan membuat keputusan yang lebih rasional.

Tetapi, berpikir kritis saja tidak cukup. Kita juga harus mendengarkan suara hati nurani kita. Nurani adalah suara moral yang ada di dalam diri kita, yang membisikkan apa yang benar dan apa yang salah. Nurani ini adalah pemberian Tuhan yang harus kita jaga dan kita kembangkan.

Cara untuk menajamkan nurani kita adalah dengan selalu menghubungkan diri dengan Sang Pencipta. Berdoa, membaca kitab suci, dan merenung adalah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk membersihkan hati dan pikiran kita dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan hati dan pikiran yang bersih, kita akan lebih mudah mendengar suara nurani kita dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Selanjutnya, dalam mengambil keputusan, kita harus selalu berusaha mencari kehendak Tuhan. Kita tidak hanya mengandalkan logika manusia yang terbatas, tetapi juga berusaha memahami petunjuk-petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Cara untuk melakukan hal ini adalah dengan selalu bersandar pada ajaran-ajaran agama dan kitab suci.

Dalam kisah Para Rasul 5:26-42, kita bisa melihat contoh nyata bagaimana para rasul mengambil keputusan dengan memadukan logika dan rasa, serta mencari kehendak Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun