Pendekatan Henderson membawa pendidikan ke dalam konteks yang lebih luas, di mana proses pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas tetapi juga melibatkan interaksi dengan lingkungan sosial dan budaya.
Hal ini menekankan pentingnya integrasi antara pembelajaran akademis dengan pengalaman kehidupan nyata, serta penanaman nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Pendapat Kohnstamm dan Gunning
Di sisi lain, Kohnstamm dan Gunning menggambarkan pendidikan sebagai salah satu modal pembentuk hati nurani manusia.
Pandangan ini menyoroti peran etika, moralitas, dan kesadaran diri dalam proses pendidikan.
Mereka menekankan bahwa tujuan utama pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, tetapi juga untuk membentuk karakter dan moralitas individu.
Menurut pandangan ini, pendidikan tidak hanya tentang apa yang dipelajari, tetapi juga tentang bagaimana individu belajar untuk berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
Dalam hal ini, mencakup pembelajaran nilai-nilai seperti integritas, empati, tanggung jawab, dan keadilan yang membentuk landasan etis bagi perilaku individu dalam masyarakat.
Dengan menempatkan hati nurani sebagai fokus utama pendidikan, Kohnstamm dan Gunning menggarisbawahi pentingnya moralitas dan integritas dalam menghadapi tantangan dan konflik dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka percaya bahwa pendidikan yang efektif bukan hanya tentang menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga individu yang memiliki kesadaran moral yang kuat dan kemampuan untuk membuat keputusan yang baik.
Persamaan dan Perbedaan
Meskipun pandangan Henderson, Kohnstamm, dan Gunning memiliki fokus yang berbeda, ada juga titik persamaan yang mencolok di antara mereka.