Di balik kisah sejarah bangsa, terselip lembaran-lembaran yang mencatat peristiwa besar, titik balik kehidupan politik yang mengubah arah, dan momen-momen epik yang membentuk identitas suatu negara.
Salah satu bab penting dalam sejarah demokrasi Indonesia adalah pemilihan presiden secara langsung pertama kali pada tahun 2004.
Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla muncul sebagai pemenang, membawa semangat perubahan yang membawa harapan baru bagi bangsa.
Pertanyaan yang kini menghantui benak kita adalah apakah Pilpres 2024 akan mengukir kisah serupa?
Mari kita menilik jejak pemilihan presiden Indonesia, membuka lembaran sejarah, dan berspekulasi tentang apakah akan ada kesamaan dengan kemenangan SBY-JK pada 2004.
Memasuki Ruang Sejarah Demokrasi
Pada tahun 2004, Indonesia memasuki bab baru dalam kisah demokrasi nasionalnya. Suasana politik yang terasa begitu hidup, terisi oleh semangat perubahan dan harapan.
Lima pasangan calon memasuki arena pemilihan presiden, mengikuti jejak pesta demokrasi terbesar yang pernah dihelat oleh negeri ini.
Pagi itu, saat rakyat Indonesia menghentakkan jejaknya menuju bilik suara, mereka tanpa sadar menyumbangkan sejarah baru yang akan diukir dalam buku kenangan demokrasi.
Pertempuran Lima Pasangan Calon: Melukis Kanvas Politik
Dalam panggung demokrasi yang baru lahir, lima pasangan calon merumput demi menggenggam tampuk kekuasaan.
Nomor urut satu, Wiranto - Salahudin Wahid, nomor urut dua, Megawati Soekarno - Hasyim Muzadi, nomor urut tiga, Amien Rais - Siswono, nomor urut empat, Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla, dan nomor urut lima, Hamzah Haz - Agum Gumelar.