Waibakul-Masyarakat Sumba Tengah mengalami momen penuh syukur setelah hujan deras akhirnya menyapa mereka, mengakhiri masa kemarau panjang yang telah melanda wilayah ini. Kehadiran hujan menjadi angin segar bagi penduduk yang telah berjuang menghadapi keterbatasan air, dan dampaknya beberapa sumur menjadi kekeringan.
Sejak berbulan-bulan lamanya, masyarakat Sumba Tengah mengalami tantangan serius akibat kemarau yang mengeringkan sumber air dan mengancam ketahanan pangan. Tanaman mengering, sumur kekeringan, dan kekhawatiran akan kehilangan panen menyelimuti setiap lapisan masyarakat.
Namun, hari ini, sorotan matahari tergantikan oleh rintik-rintik hujan yang lebat, memulai babak baru dalam perjuangan melawan krisis air. Masyarakat bereaksi dengan penuh kebahagiaan dan bersyukur saat hujan turun, memberikan harapan baru untuk pemulihan wilayah mereka.
Petani segera bergegas ke kebun mereka, menyiapkan lahan untuk penanaman kembali. Wajah-wajah bahagia dan penuh harap tampak di seluruh desa, mencerminkan optimisme baru yang ditanamkan oleh setiap tetes air yang turun dari langit.
Pemerintah setempat juga bergerak cepat untuk memberikan dukungan kepada masyarakat yang terdampak. Program penyediaan alat pertanian, bantuan benih jagung, dan pupuk dipercepat untuk memastikan pemulihan ekonomi masyarakat setempat.
Dalam ucapan syukurnya, Dominikus D. Saungu Mara, warga desa Umbu Riri, Kecamatan Katikutana, menyatakan bahwa hujan ini adalah "berkat yang ditunggu-tunggu" dan mereka berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan demi menghindari krisis serupa di masa depan.
Sementara hujan masih turun, harapan tumbuh bersamaan dengan tanaman yang mulai hidup kembali. Dalam suasana kebersamaan dan syukur, masyarakat Sumba Tengah bersiap menyongsong masa depan yang lebih cerah setelah melalui ujian kemarau yang panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H